Mohon tunggu...
Uut Wijayanti
Uut Wijayanti Mohon Tunggu... Lainnya - Sedang belajar menulis

menulislah karena dengan menulis kamu bisa berbagai ilmu maupun informasi kepada orang lain

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Berbagi Cerita Kehidupan

4 Mei 2022   19:02 Diperbarui: 11 Mei 2022   23:53 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Berapa lama ibu menjalani profesi berjualan air mineral ini?"

"Ibu baru-baru ini menjalani profesi pedagang air mineral, sudah ada sekitar dua bulan. Karena pekerjaan ibu tidak menentu, pernah juga menjadi pemulung barang bekas rongsokan."

"Rasanya di tinggal seorang ayah itu sangat sedih, karena ayah merupakan tulang punggung keluarga. Pesan saya jangan sampai kalian berani dan jangan pernah juga melawan orang tua, karena Allah memberikan kesempatan hidup bagi kalian melalui kedua orang tua, jika tidak ada orang tua, maka kalian juga tidak ada. Kalau ada orang yang tidak memperbolehkan berani dan marah kepada ibu, tetapi kalau kepada ayah boleh berani dan marah, itu salah nak, itu tidak benar, kita tidak boleh berani dan marah kepada kedua orang tua kita, baik orang tua perempuan maupun orang tua laki-laki. Ingat orang tua laki-laki lebih berat tanggung jawab dan perjuangannya, karena harus mencari nafkah meskipun di tengah-tengah panas teriknya matahari. Itu semua dilakukan demi kuliah kalian, ingin kalian kuliah, ingin kalian sukses, jadi jangan sekali-kali kalian berani kepada orang tua apalagi marah ataupun sampai membentak mereka."

"Saya berdoa semoga kalian sukses dan semua yang kalian cita-citakan semoga tercapai, semoga Allah melindungi kalian dan keluarga serta terhindar dari segala penyakit dan bahaya. Itu saja doa dari ibu dan terima kasih juga atas pemberian kalian."

Ketika ibu Hartatik bercerita, air mata beliau selalu menetes, membuat saya dan teman-teman terharu. Saya sangat mengerti perasaan ibu Hartatik karena beliau mengalami kehidupan yang penuh ujian, di tinggal suami pada saat mengandung, dan mau tidak mau ibu Hartatik menjadi ibu sekaligus tulang punggung  bagi anak-anaknya. Ibu Hartatik melakukan segala pekerjaan yang halal di bandingkan beliau meminta dan mencuri barang orang lain. 

Beliau tidak mau kalah dengan seekor ayam yang bisa mencari kebutuhan makanannya dengan kakinya. Setiap ibu Hartatik bercerita hati saya sangat terenyuh mendengar kisah hidup bu Hartatik yang penuh dengan ujian dan tetap bisa bersabar menerima ujian. 

Saya tersadar, seharusnya saya harus lebih banyak bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh Allah kepada saya, karena masih banyak orang yang mengalami kesulitan dalam kehidupannya, meskipun saya juga terkadang mengalami kesulitan tetapi saya masih beruntung dari pada mereka.

Sekian yang dapat saya tulis, apabila ada kesalahan dalam penggunaan dan pengetikan kata atau kalimat, saya mohon maaf dan mohon koreksinya. Saya menulis artikel ini sesuai dengan yang di ceritakan oleh ibu Hartatik, namun saya hanya merubah sedikit kata-kata beliau agar mudah di tulis dan dipahami oleh pembaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun