Â
Idulfitri merupakan hari kemenangan yang harus kita rayakan sebagai umat muslim dan memang begitu perintahnya. di Indonesia sendiri, pada hari raya idulfitri biasanya di isi dengan kegiatan berkumpul, bersilaturahmi dengan sanak saudara dan tetangga serta tak lupa memanfaaktan waktu liburan dengan keluarga tercinta.Â
Momen ini menjadi hal yang paling dirindukan terutama bagi mereka yang tidak setiap hari bertemu bahkan ada yang sangat jarang sekali bertemu sehingga di hari raya inilah momen yang tepat untuk mereka melepas rindu dengan keluarga tercinta. Meskipun untuk sampai ke kampung halaman dibutuhkan perjuangan yang tidak mudah mulai dari berebut tiket keberangkatan sampai rela berpanas-panasan dan berlelah-lelah di jalanan yang macet.
Bagi sebagian yang lain momen Idulfitri yang harusnya disambut dengan kebahagiaan, berkumpul dengan keluarga dan sahabat tercinta malah dimaknai berbeda. Bagi mereka yang tidak bisa pulang karena pekerjaan yang mengharuskannya memang tidak bisa pulang. Mereka harus rela menghapus keinginan untuk berkumpul dengan keluarga karena memilih membaktikan diri untuk kepentingan orang banyak, misalnya para dokter, perawat, tentara, polisi, dsb.
Bagi mereka yang sebenarnya bisa pulang tetapi memilih untuk tidak pulang. Mereka memiliki banyak problematik yang melibatkan perasaan sehingga lebih memilih untuk bertahan di tempat tinggalnya sekarang atau di perantauan daripada pulang ke kampung halaman.
"Untuk apa pulang, di rumah sudah tidak ada yang membuatku Bahagia"
"untuk apa pulang, aku selalu ditanya tentang menikah oleh keluarga dan teman-teman, membuatku rishi dan tidak nyaman"
"jika pulang, perasaan sedih yang mendalam selalu muncul karena begitu berat ditinggal oleh kedua orang tua. Suasana rumah, foto, setiap sudut rumah semuanya mengingatkanku pada ayah dan ibu"
"Aku tidak mau pulang, aku merasa tidak dihargai keluargaku sendiri"
Dan masih banyak lagi alasan-alasan mereka yang memilih untuk tidak pulang yang sebenarnya bisa untuk pulang.
Kemudian Bagi mereka yang tetap di perantauan demi bertahan hidup dan berjuang untuk keluar dari jerat kemiskinan. Mereka yang berpuluh tahun lalu memiliki cita untuk mengubah nasib pergi ke perantauan namun hingga kini masih berjuang sampai seolah lupa bagaimana rasanya berada di kampung halaman. Mereka yang setiap harinya bergelut dengan ketidakpastian, "apakah bisa makan hari ini, bagaimana dengan besok?" dan mereka-mereka yang lain.
Pada akhirnya Idulfitri bukanlah soal pulang dan tidak pulang melainkan bagaimana kita bisa memaknai lebih jauh kata idulfitri itu sendiri. Pada hari Idulfitri ini semua umat muslim yang benar-benar mengisi bulan Ramadan dengan beribadah dan meningkatkan keimanan kepada Allah akan mengharapkan janji-Nya yaitu menjadi termasuk golongan orang -orang yang bertakwa sehingga setelah berakhirnya Ramadan mereka akan kembali fitrah dan dihapuskan semua dosa-dosanya yang telah lalu. Kemudian yang tidak kalah penting adalah bagaimana pasca Ramadan?
Menurut saya esensi memaknai idulfitri adalah memahami bahwa hari ini kita berada pada titik nol lagi karena kita sudah suci, dihapuskan dari segala dosa maka setelah apa-apa yang sudah kita kerjakan selama Ramadan harus dipraktikan juga di bulan-bulan yang lain.
Semoga Bermanfaat...
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H