Saya memiliki kesempatan yang luar biasa untuk mengalami pengalaman belajar secara langsung di sebuah negara yang terkenal akan kedisiplinannya pada bulan November 2023 lalu. Ya betul, negara itu adalah jepang.Â
Di tengah modernitas dan kemajuan teknologi dan inovasi yang terus tumbuh, negara tersebut masih memegang teguh tradisi kebudayaannya. Kita dapat belajar banyak dari tradisi seperti minum teh, ikebana, Hanami, dan mengenakan kimono. Saya pikir ini menjadi sesuatu yang unik meskipun banyak sekali inovasi dan teknologi yang sangat maju tetapi orang jepang sangat menghargai dan menjaga warisan leluhurnya, hal ini perlu kita contoh dan terapkan kepada anak-anak kita.
Ketika saya tiba di Jepang, hal pertama yang terlintas di benak saya adalah udaranya yang sejuk, teratur, dan kental akan teknologi. Dari bandara, stasiun, hotel, hingga universitas dan sekolah, budaya Jepang yang disiplin dan kemajuan teknologi sangat kuat. Tulisan ini akan memberikan beberapa contoh kebiasaan budaya Jepang yang sangat dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari kita. Â Â Â Â Â
1. Budaya mengantri
Di tempat umum Jepang yang saya temui, budaya antri sangat terasa sekali. Pertama ketika di bandara, mulai dari pengecekan visa dan passport, mengambil barang sampai keluar dari gate semua orang secara otomatis mengantri mengikuti petunjuk, baik melalui tulisan atau simbol, maupun arahan dari petugas bandara sehingga meskipun banyak sekali orang waktu itu tetapi tetap rapih dan teratur.Â
Begitupun ketika di stasiun kereta, ketika hendak membeli makanan, membayar makanan, menaiki lift semuanya menjunjung tinggi budaya antri. Menariknya ketika mengantri mereka tetap memberikan prioritas jalan kepada pengguna yang lain bahkan ketika menaiki atau menuruni tangga seperti sudah ada aturan yang tidak tertulis jika kita ingin mengejar waktu maka harus berada di sebelah kanan jika ingin santai kita harus berada di sebelah kiri. Â
2. Budaya mengelola sampah
Selain mengantri, saya juga sangat terkesan dan cukup kaget juga terkait permasalahan membuang sampah di jepang karena bagi saya agak merepotkan, kenapa?Â
Di sana sangat jarang sekali ditemui tempat sampah yang ada di jalanan dan pertokoan sehingga kita seolah "dipaksa" untuk tidak membuang sampah ataupun memiliki sampah yang pada akhirnya kita menyimpan sampah tersebut sampai menemukan tempat sampah atau sampah tersebut di bawa pulang.Â
Pengamatan saya tempat sampah hanya ada pada tempat-tempat tertentu saja, tentunya selain rumah sendiri. Misal ada di dalam bandara, stasiun, universitas, sekolah dan toko atau tempat makan tertentu.
Bukan saja kita repot dalam mencari tempat sampah melainkan kita juga repot untuk membuangnya karena di jepang minimal ada tiga jenis peruntukan sampah sehingga kita belajar untuk memilah-milah sampah sendiri.Â
Pengalaman unik mengenai membuang sampah ini saya rasakan ketika jam makan siang setelah kegiatan lesson study selesai bertempat di University Of Tsukuba, disana terdapat 5 jenis tong sampah lengkap dengan label gambar dan tulisannya, yaitu untuk siswa makanan, plastic, botol kaca/minuman kaleng, tutup botol, kertas/tissue.Â
Saya diajarkan rekan untuk membuang sampah dari botol air minum yaitu dengan membuka label minumanannya, kemudian pisahkan botol dan tutup botolnya, remas botol plastiknya baru kemudian di buang sesuai dengan jenis sampahnya.
Peraturan tentang sampah ini juga ketat dan tegas. waktu itu diceritakan oleh murid yang sekarang sudah bekerja di sana, jika ada toko yang tidak memilah sampahnya makan bisa dipastikan besok dan seterusnya sampahnya tidak akan diambil. Konsekuensi Ini hanya untuk kesalahan tidak memilah sampah apalagi kalau membuang sampah sembarangan bisa dibayangkan bagaimana konsekuensinya.
3. Budaya tidak makan dan minum di sembarang tempat
Selama di jepang, saya juga tidak menemukan orang-orang makan disembarang tempat apalagi makan sambil  jalan, sambil nungu naik kereta atau naik bus. Ini terjadi mungkin karena mereka menjaga juga budaya mengelola sampah. Mereka jika makan atau minum pasti di tempat makan atau di rumah dan itupun dengan tertib tidak ada yang sambil mengobrol seperti layaknya kita di Indonesia.
4. Budaya untuk tidak berisik di tempat umum
Hal ini saya temui ketika di dalam kereta, di dalam bus dan di tempat makan. Orang-orang jepang sangat jarang sekali terlihat berbincang, bersosialisasi di temapt-tempat tersebut. Mereka hanya sibuk dengan kegiatannya masing-masing, biasanya mereka biasanya baca buku, nonton film, mendengarkan musik dan memainkan gadget. Hal ini bagi sebagian besar masyarakat Indonesia tentu sangat bertolak belakang yang mana memiliki karakter gotong royong dan senang bersosialisasi.
Dari budaya-budaya tersebut tentunya ada yang cocok diterapkan di Indonesia ada juga yang tidak tetapi harapannya kita dapat belajar dan menerapkan budaya mengantri dan pengelolaan sampah yang mana kita masih sering menemukan ketidaksabaran dan ketidakpekaan orang-orang ketika mengantri.Â
Contohnya ketika akan menggunakan lift masih ada yang menunggu di depan pintu padahal itu menghalangi jalan bagi yang mau keluar dan itupun terjadi pada saat mengantri wudhu di masjid rest area maupun masjid-mesjid umum yang lain.Â
Semoga ke depan masyarakat kita bisa menjadi Masyarakat yang lebih baik lagi, lebih disiplin, berempati dan simpati kepada sesama dan tentunya kepada alam kita. Aamiin. . .
Â
Next kita lanjut tulisan "Oleh-Oleh dari Negeri Sakura (Sebuah refleksi dari Learning Experience) ini yang fokus menceritakan tentang kegiatan belajar mengajar disana khususnya di level Sekolah Dasar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H