Mohon tunggu...
Utia Ramadhani
Utia Ramadhani Mohon Tunggu... Freelancer - Saya adalah seorang Script Writer, dapat juga menulis artikel, berita, karya sastra dan lainnya

Saya adalah perempuan yang kuat dan berani. Saya bekerja dengan giat dan berani mengambil resiko. Mendapat hujatan atau mendapatkan kritik tidak membuat saya merasa terpuruk karena semua saya lakukan tidak serta merta memakai perasaan saja , tetapi juga dengan logika berpikir yang tepat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebar atau Sabar

21 Juni 2024   08:00 Diperbarui: 21 Juni 2024   08:03 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore itu menjadi sore terburuk yang dialami lala karena diberhentikan dari pekerjaannya. Lala berjalan gontai diantara gedung tinggi sambil menangis menuju halte bus. Ia menggendong tas ransel dan membawa berkas berkas yang diwadahi kardus kecil. Lala berjalan.

Lala duduk di halte sambil melihat berkas berkas dalam kardus yang ada dipangkuannya. ia menemukan foto keluarganya di masa kecil, yang mana saat ini ia sedang sendiri di perantauan.


Lala melihat ke jalan , ia melihat ada tukang koran yang menjual koran dari mobil ke mobil. Sapardi namanya. Ia tukang koran yang rajin meskipun gajinya tak seberapa.

Sapardi menghampiri lala , lalu menawarkan korannya.

Sapardi : permisi mba, mau koran ?
(Sambil menyodorkannya)

Lala : boleh pak
(Tersenyum)

Sapardi duduk di halte , kini lala dan sapardi bersebelahan. Sambil membaca koran, lala memperhatikan gerak gerik sapardi.

Lala : Masih laku ya pak koran seperti ini ?

Sapardi : laku mba, kalau ada orang gedongan yang mau borong.

Lala : Weh, tumben. Tak pikir sekarang sudah jarang laku karena semua serba digital pak.

Sapardi : ya, gimana ya mba! kalau hari biasa paling laku nggak ada 10, meskipun buat bungkus gorengan. Yaaa, yang penting bisa buat makan keluarga.
( sambil tersenyum satire)

Lala tersenyum sembari melihat lihat berkas yang ada di kardus pangkuannya.

Sapardi : Mbak nya abis darimana ? Kelihatannya kok murung banget.

Lala sambil menghela nafas, sambil meneteskan air mata.

Sapardi : Eh mba , maaf bukan sengaja menyakiti hati mba.

Lala: sudah takdirnya pak , mungkin kedepannya saya harus lebih giat lagi dan bisa bersyukur .

Sapardi : yang sabar mba, nggak usah buru buru mbak . Apasih yang mau di kejar ?

Lala masih saja murung dan cemas.

Sapardi : apa tak bantu sebarin aja mba ? Kurang lebih profesi kita kan sama . Sama sama menyebarkan .

Sapardi mengambil kardus lala kemudian membawanya ke trotoar jalan.

Lala : eh pak itu bukan brosur pak, itu berkas berkas hasil kerja saya selama ini.
Sambil berjalan mengejar pak sapardi.

Pak sapardi mengira lala memiliki pekerjaan yang sama denganya yaitu menyebarkan brosur / koran. Padahal lala baru saja di berhentikan dari kantornya. Kardus itu berisi berkas berkas lala selama di bekerja di kantor. Tetapi pak sapardi mengira kardus itu berisi tumpukan brosur untuk disebar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun