Mohon tunggu...
Utari Woro Hanjaya
Utari Woro Hanjaya Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Ahli Gizi dibalik @whatwrate di Instagram | Berusaha menafsirkan hasil penelitian gizi ke artikel yang mudah dipahami | Sedang studi Master of Public Health di Universitas Gadjah Mada

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pentingnya Sarapan untuk Penderita Diabetes Mellitus

21 Desember 2023   20:48 Diperbarui: 21 Desember 2023   21:04 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Sweet Life on Unsplash 

Penyakit diabetes telah menjadi penyakit kronik paling umum ditemui di abad ke-21. Angka penyakit diabetes meningkat di dunia, Berbagai penelitian telah mengupas pola makan berpengaruh terhadap keparahan penyakit diabetes mellitus. Lalu, bagaimana peran pola makan bergizi saat sarapan dapat berpengaruh ke penyakit diabetes dan mengapa penderita diabetes tidak dianjurkan melewatkan sarapan? Simak di artikel ini!

Pola Makan dan Zat Gizi Penting untuk Diabetes Mellitus 

Untuk membantu penderita diabetes dalam mengatur pola makannya, Kementerian Kesehatan telah memberikan pedoman 3J (Jumlah, Jenis, Jadwal). 

  1. Jumlah dimaknai jumlah makanan yang dikonsumsi sesuai dengan berat badan penderita yang disesuaikan dengan hasil konsultasi bersama Ahli Gizi

  2. Jenis makanan utama yang dikonsumsi disesuaikan dengan konsep piring makan model T

  3. Jadwal makan terdiri dari 3 kali makan utama dan 2-3 kali makanan selingan mengikuti prinsip porsi kecil

Terkait jenis makanan yang dikonsumsi sebagai penderita diabetes mellitus tentunya yang memiliki kandungan gizi yang sesuai seperti:

Karbohidrat

Karbohidrat adalah sumber energi yang mudah digunakan tubuh dan berpengaruh terhadap kadar gula darah setelah makan. Bahan makanan yang mengandung karbohidrat tentu memiliki komposisi gula, pati, dan serat yang bervariasi, hal ini berefek terhadap respons glikemik (reaksi tubuh terhadap gula darah setelah makan). Beberapa bahan makanan menyebabkan peningkatan gula darah yang lama dan penurunannya perlahan, sementara sumber karbohidrat lainnya menyebabkan peningkatan gula darah yang cepat dan penurunan yang cepat juga. Maka dari itu, pilihlah sumber karbohidrat kompleks seperti ubi jalar, kentang, dan beras merah. 

Serat yang bersumber di sayuran juga merupakan sumber karbohidrat, serat di sayuran dapat memberikan rasa kenyang, penelitian menunjukkan penurunan kadar HbA1c terjadi setelah mengonsumsi sumber serat sebanyak 50 gram per hari. Contoh sumber serat adalah sayuran hijau, buah-buahan, alpukat, kacang-kacangan. Kurangi mengonsumsi jenis karbohidrat sederhana yang secara cepat meningkatkan kadar gula darah seperti minuman berpemanis, kue-kue, roti tawar putih, jus buah ditambah pemanis, soda. 

Protein dan Lemak

Protein yang didapatkan dari hewani maupun nabati merupakan zat gizi penting untuk menjaga massa otot. Terdapat penelitian yang menunjukkan mengonsumsi 30% protein dari kebutuhan memberikan efek baik pada kadar gula darah puasanya. Kualitas lemak juga memengaruhi penyakit diabetes. Minimalisir konsumsi lemak trans seperti goreng-gorengan dan mulai beralih ke konsumsi lemak tidak jenuh yang bersumber dari ikan laut, minyak zaitun.

Pentingnya Sarapan

Sarapan sering disebut sebagai waktu makan terpenting. Faktanya, sarapan dengan makanan yang bergizi lengkap dari karbohidrat, protein, dan lemak dapat memberikan energi yang cukup untuk beraktivitas, meningkatkan rasa kenyang sehingga mencegah terlalu banyak makan di saat siang hari. 

Namun, kenyataan yang terjadi berdasarkan penelitian pada penderita diabetes di Malaysia, masih ada yang tidak mengikuti jadwal makan yaitu melewatkan sarapan pagi langsung melanjutkan aktivitasnya. Hal ini ternyata tidak direkomendasikan dan cenderung membahayakan, lho! Mengapa?

Resistensi Insulin

Tidak sarapan di pagi hari ternyata akan memperburuk kondisi resistensi insulin, resistensi insulin adalah kondisi sel-sel dalam tubuh tidak lagi dapat menyerap glukosa yang diedarkan di dalam darah, dikarenakan tubuh tidak 'peka' dengan adanya hormon insulin yang membantu proses penyerapan glukosa di dalam darah masuk ke sel-sel tubuh yang membutuhkan glukosa untuk diubah menjadi energi. Melihat banyaknya glukosa yang beredar di dalam darah, tubuh menangkap itu sebagai sinyal untuk mengeluarkan lebih banyak insulin.

Sederhananya, anggap kita membawa banyak makanan dari luar untuk diberikan kepada keluarga kita di rumah, karena keluarga kita sedang lapar. Sesampainya di pintu gerbang, kita mencari-cari kunci untuk membuka gerbang, setelah kuncinya ketemu, kunci tersebut sudah tidak bisa membuka gerbang, ternyata gerbangnya sudah mulai rusak dan tidak bisa terbuka. Alhasil, kita tidak dapat masuk dan keluarga di dalam rumah masih dalam kondisi kelaparan. Analoginya, makanan yang kita bawa adalah karbohidrat yang akan diolah menjadi glukosa, kunci yang kita bawa adalah hormon insulin, pintu gerbang adalah reseptor dalam tubuh kita.

Lonjakan Kadar Gula Darah

Sarapan pagi selalu dihubungkan sebagai jam makan yang paling penting dalam sehari. Penelitian menyebutkan sarapan berhubungan dengan peningkatan rasa kenyang dalam tubuh dan mengatur nafsu makan selama sepanjang hari saat beraktivitas. Apabila seorang penderita diabetes melewatkan sarapannya, hal ini berpengaruh pada kadar gula dalam darah, tidak sarapan di pagi hari akan menimbulkan rasa lapar dan memberikan stress ke tubuh. Akhirnya makan berlebihan pada saat makan siang maupun makan malam. 

Dampaknya, kadar gula darah yang awalnya rendah karena tidak sarapan, melonjak tinggi tiba-tiba saat makan siang. Lonjakan kadar gula darah ini memberikan tanda-tanda seperti

  • Sering buang air kecil

  • Merasa kelelahan, letih 

  • Sering haus

  • Penglihatan kabur

  • Sakit kepala

Kondisi lonjakan gula darah yang terlalu lama terjadi akan menyebabkan gejala penyakit baru yaitu ketoasidosis, apabila tidak segera diperiksakan ke dokter akan menyebabkan koma atau bahkan kematian.

Beragam bahaya yang bisa terjadi apabila seorang penderita diabetes melewatkan sarapan. Maka dari itu, sarapan adalah momen penting untuk makan dengan makanan bergizi seimbang, rendah lemak, rendah gula sehingga kadar gula dalam darah bisa terjaga. Contoh menu makanan bergizi untuk sarapan penderita diabetes adalah:

  1. Nasi centong, telur dadar sedikit minyak, sup sayuran (oyong/labu siam, wortel, tomat)

  2. Nasi merah, pepes ikan kembung, tempe balado, sayur asem

  3. Ubi kuning kukus, suwiran ayam dalam kuah kuning, telur rebus, kacang tanah sangrai atau goreng

Referensi

  1. Gray, D.Type 2 diabetes risk and breakfast, Healthline. Available at: https://www.healthline.com/health-news/skipping-breakfast-can-increase-your-risk-for-type-2-diabetes#How-breakfast-helps. 2019 (Accessed: 18 September 2023). 

  2. Vega-Lpez, S, Bernard J., and Joanne L. Slavin. Relevance of the glycemic index and glycemic load for body weight, diabetes, and cardiovascular disease. Nutrients. 2018. 10.10: 1361.

  3. Post, Robert E., et al. Dietary fiber for the treatment of type 2 diabetes mellitus: a meta-analysis. The Journal of the American Board of Family Medicine. 2012. 25.1: 16-23 

  4. Luger M, Holstein B, Schindler K, Kruschitz R, Ludvik B. Feasibility and efficacy of an isocaloric high-protein vs. standard diet on insulin requirement, body weight and metabolic parameters in patients with type 2 diabetes on insulin therapy. Experimental and Clinical Endocrinology & Diabetes. 2013 May;121(05):286-94.

  5. Tong W, Vethakkan SR, Ng CJ. Why do some people with type 2 diabetes who are using insulin have poor glycaemic control? A qualitative study BMJ Open. 2015.5:e006407. doi: 10.1136/bmjopen-2014-006407

  6. Bi, H., Gan, Y., Yang, C., Chen, Y., Tong, X. and Lu, Z. Breakfast skipping and the risk of type 2 diabetes: a meta-analysis of observational studies. Public health nutrition. 2015 18(16): 3013-3019.

  7. Li, Z. H., Xu, L., Dai, R., Li, L. J., & Wang, H. J. Effects of regular breakfast habits on metabolic and cardiovascular diseases: A protocol for systematic review and meta-analysis. Medicine. 2021. 100(44), e27629. https://doi.org/10.1097/MD.0000000000027629

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun