Asyik juga naik angkot sama-sama, mungkin karena moda transportasi ini sudah tidak terlalu populer. Tergantikan oleh moda transportasi daring.
Hanya perlu 8 menit, rombongan sudah tiba di depan pintu depo. Namanya kawasan strategis milik pemerintah maka ada aturan yang mengatur ketertiban dan keamanan.Â
Terlebih dahulu ketua kelompok mengisi daftar tamu. Sembari menunggu, anggota lain sibuk membuat dokumentasi. Kapan lagi bisa berkunjung ke pusat pemeliharaan kereta api, ya, kan.
Kisah si Depo KRL Depok
Urusan foto-foto dan video harus disudahi dulu. Semua harus bergerak menuju gedung pertemuan. Kali ini tidak ada angkot, semua harus berjalan kaki. Gerak badan biar sehat itu penting.
Sambil berbincang dan bercerita, kami berjalan di bawah naungan pepohonan. Sesekali pandangan teralihkan ketika rangkaian kereta masuk ke dalam depo. Apakah keretanya rusak? Masa iya?
Ah, sudah sampai di gedung pertemuan, pertanyaannya disimpan dulu. Di sini rombongan diterima oleh Pak Asep, Kepala Depo KRL Depok, yang baru kembali dari mengikuti upacara Sumpah Pemuda di Jakarta.
Meski baru sampai, Pak Asep sangat antusias menjelaskan kisah Depo KRL Depok. Depo ini luasnya mencapai 26 hektar. Di tempat ini terdapat gedung perkantoran, , gedung pemeliharaan, dan mes untuk masinis.Â
Dahulu, depo ini menduduki peringkat pertama depo terbesar di Asia Tenggara, tetapi sekarang posisinya sudah digantikan oleh depo Tegalluar dengan luas mencapai 85,4 hektar.
Dengan lugas namun santai, Pak Asep menceritakan bahwa Depo KRL Depok secara rutin melakukan perawatan harian, termasuk mencuci kereta, melakukan pemeriksaan, melakukan perbaikan ringan, dan jalur stabling untuk parkir kereta. "Rutinitas ini dilakukan untuk meningkatkan pelayanan KAI bagi para penggunanya." Imbuhnya.