Mohon tunggu...
Utari ninghadiyati
Utari ninghadiyati Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger, kompasianer, penggiat budaya

Menjalani tugas sebagai penggiat budaya memberi kesempatan untuk belajar berbagai budaya, tradisi, seni, dan kearifan lokal masyarakat. Ragam cerita ini menjadi sumber untuk belajar menulis yang dituangkan di kompasiana dan blog www.utarininghadiyati.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Filosofi Cireng

26 Juli 2024   19:55 Diperbarui: 26 Juli 2024   19:57 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cireng bumbu rujak (dok. Pribadi)

Filosofi Cireng

Suara-suara pun terdengar. Beberapa rekan memanggil rekan yang berada di lantai dua untuk turun. Sudah saatnya menikmati cireng yang baru saja digoreng. Satu persatu warga tempat tugas datang. Kami berkumpul sambil duduk di lantai. Lingkaran kami mengelilingi dua piring berisi cireng panas.

Benar-benar panas karena jajanan itu baru saja diangkat dari wajan. Meski kami semua tahu, tetap saja tangan-tangan meraih jajanan tradisional itu sambil bergurau. Lelucon dan celoteh yang dilontarkan begitu saja mampu mengundang tawa. Memecah sekat jabatan yang ada.

Kami seperti jajanan yang ditenggarai dari Jawa Barat dalam piring. Semua sama bentuk dan rupanya. Sama-sama renyah di luar namun kenyal di dalam. Jika ditarik, dari sisi mana pun, tidak akan langsung terpisah dengan mudah. Ada bagian yang seakan menarik bagian lain hingga benar-benar terputus. Kerenyahannya membuat keinginan untuk tetap menikmatinya tidak terhenti, mau lagi dan lagi. Kerenyahan itu serupa canda, tawa, kelakar, dan guyonan yang kerap terucap antara kami. 

Cireng memang sederhana, terbuat dari tepung aci atau tepung kanji yang diberi irisan daun bawang serta bumbu sederhana. Diuleni sedemikian rupa agar bisa dibentuk. Agar tahan lama, cireng-cireng ini dibekukan. Proses ini membuat cireng dapat melanglang buana dan hadir diberbagai tempat.

Memberikan kehangatan dan melekatkan hubungan penikmat cireng. Bukan tidak mungkin sebuah hubungan yang tidak lagi sama dapat berubah menjadi lebih baik berkat cireng. Seperti secangkir kopi, cireng pun mampu mencairkan suasana yang dingin. Mengundangnya untuk menikmati kebersamaan itu kembali. Lagi dan lagi.

Begitulah pendapat saya mengenai filosofi cireng yang renyah dan kenyal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun