Seorang petugas stasiun berdiri di tepi peron. Matanya melihat arah kereta api yang datang dari Jakarta. Tak lama kemudian rangkaian kereta api lewat sambil membunyikan pluit. Setelah rangkaian kereta api berlalu, barulah petugas stasiun kembali ke dalam Stasiun Kosambi.
Dengan sigap petugas tersebut menghampiri dan menanyakan keperluan saya di Stasiun Kosambi. Dengan cepat saya memperlihatkan tiket kereta api digital. Memang saya berencana naik kereta api lokal Walahar menuju Cikarang. Dengan ramah petugas meminta saya menunggu karena jam kedatangan kereta masih 1,5 jam lagi.
Selama menunggu, saya asyik memperhatikan suasana dan bangunam Stasiun Kosambi. Satu persatu kereta api penumpang melaju di bantalan rel. Ada yang menuju ke Jawa Tengah, ada pula yang ke Jakarta. Lewat juga kereta barang yang membawa rangkaian kontainer.
Kereta Lokal Walahar
Saya menghentikan langkah di depan papan petunjuk jalur kereta api. Di sana terpampang jalur kereta dan stasiun yang berada di jalur tersebut. Untuk kereta api lokal Walahar hanya melayani perjalanan dari Stasiun Cikarang menuju Stasiun Purwakarta dan sebaliknya.Â
Kereta api Walahar akan datang dan berangkat sesuai jadwal yang ditentukan. Dari Stasiun Cikarang, perjalanan Kereta api Walahar dimulai pukul 05.50 WIB. Sementara dari Stasiun Purwakarta akan dimulai pukul 05.05 WIB. Pemberangkatan berikutnya sekitar 2 jam kemudian.Â
Nanti kereta akan berhenti di beberapa stasiun yaitu Stasiun Cikarang, Lemah Abang, Kedunggedeh, Karawang, Klari, Kosambi, Dawuan, Cikampek, Cibungur, dan Purwakarta.
Untuk bisa menaiki kereta api lokal, penumpang perlu membeli tiket kereta secara daring melalui aplikasi KAI. Nanti tiket digital yang dimiliki bisa ditunjukkan atau dicetak di loket pembelian tiket. Harga tiketnya terjangkau, dari Stasiun Cikarang hingga Stasiun Purwakarta cukup membayar Rp4.000.
Berhadapan
Bersama para penumpang, saya menunggu di peron dekat jalur 3. Dua orang petugas berdiri mengawasi kereta. Pelan-pelan lokomotif semakin terlihat jelas. Tidak lama kemudian kereta api berhenti di depan kami.
Rangkaian kereta api ternyata cukup panjang. Saya tidak sempat menghitung karena buru-buru naik ke dalam gerbong. Gerbong paling akhir terlihat kosong. Akhirnya saya memutuskan naik di gerbong kedua dari belakang.Â
Masih banyak kursi yang kosong. Dengan leluasa saya memilih kursi. Sebenarnya tiket yang saya miliki tidak mendapat nomor kursi. Artinya harus siap bergeser kalau pemilik kursi datang.
Sekitar lima menit kemudian kereta mulai berjalan. Pintu dan seluruh jendela tertutup rapat. Pendingin ruangan bekerja dengan baik mengusir hawa panas.Â
Bangku di kereta ini berbemtuk tegak dan saling berhadapan. Ada yang untuk dua orang dan tiga orang. Di antara bangku terdapat meja kecil dengan dua buah colokan listrik untuk menambah daya telepon gengam.Â
Bersih dan Nyaman
Sepanjang perjalanan, saya merasa nyaman. Gerbong kereta api bersih. Petugas juga datang untuk melihat para penumpang. Mereka akan mengingatkan penumpang yang makan atau minum di dalam gerbong.Â
Upaya yang baik untuk menjaga kebersihan gerbong kereta dan menjaga kenyamanan para penumpang. Perjalanan selama 1 jam lebih menjadi tidak terlalu membosankan. Tahu-tahu kereta api sudah tiba di stasiun akhir, Stasiun Cikarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H