Sekitar pukul 13.00 kereta commuterline dari Tanahabang tiba di stasiun Rangkasbitung. Suasana di stasiun cukup ramai. Para penumpang yang baru tiba bergegas menuju pintu keluar. Mereka mencari moda transportasi lain untuk mencapai tujuannya. Saya juga perlu menumpang kereta lokal Merak untuk menuju Kota Serang.Â
Biasanya saya langsung menuju pintu keluar untuk penumpang yang berada di sebelah kanan. Pintu ini disedialan untuk penumpang yang akan melanjutkan perjalanan dengan kereta lokal. Saya memang melewati pintu itu untuk membayar tiket perjalanan dari Stasiun Tanah Abang ke Stasiun Rangkasbitung, tapi kali ini tidak mau langsung masuk ke ruang tunggu penumpang. Saya mau jajan dulu.
Bakso
Tidak ada target makanan tertentu, maksudnya saya mau makan apa saja asalkan makanan tersebut mudah didapat. Letaknya harus dekat dengan stasium supaya tidak lelah berjalan.
Dari hasil pencarian ternyata ada warung bakso yang cukup menarik. Dari video yang saya lihat, warung ini sudah ada sejak lebih dari 10 tahun lalu. Tentu pantas dicoba.
Saya langsung berjalan kr arah pintu keluar stasiun. Jalannya pelan-pelan saja sambil memerhatikan deretan warung di sisi kanan saya. Ternyata tidak sampai 100 meter warung bakso itu sudah kelihatan.
Bagian depan warung memang ada gerobak penjual makanan lain. Selain itu motor-motor yang diparkir agak menutupi warung. Untungnya ada spanduk besar di atas warung serta gerobak di bagian depan.
Langsung saja masuk ke dalam warung bakso. Beberapa meja diatur dalam jarak berdekatan. Di atas meja terlihat perlengkapan untuk makan plus saus dan sambal.Â
Saya memilih untuk langsung memesan. Saya mau bakso dengan bihun saja. Baru setelah itu duduk di meja dengan empat buah bangku. Tidak lama seorang perempuan muda meminta izin untuk duduk di meja saya. Tentu boleh karena tempat makannya terbatas.
Kuah bening, bakso oke
Tidak lama kemudian pesanan saya datang. Ternyata ada bakso berkukuran besarnya lalu dua butir bakso kecil. Hm, kuah kaldunya harum. Rasanya gurih. Kuah sepertinya dibuat dengan merebus tulang sapi dan bisa jadi disaring terlebih dahulu. Tidak ada jejak gajih yang membuat lengket.Â
Sekarang mari menikmati baksonya. Bakso besarnya dipotong-potong dulu agar mudah disantap. Cukup mudaj memotongnya. Begitu juga saat di makan, baksonya kenyal dengan tekstur yang tidak terlalu keras.
Jejak rasa daging sapinya terasa. Untuk saya, rasanya enak. Saya menikmati setiap suapan bakso dengan nikmat.Â
Bagaimana dengan bakso berukuran kecil? Ternyata teksturnya lebih padat dan kenyal. Ada sensasi urat tapi tidak keras. Enak juga loh.Â
Oh, ya, seporsi bakso yang saya nikmati ini dihargai Rp18.000. Harga belum termasuk minuman dan tambahan lain seperti kerupuk, ya.
Saat menikmati sajian hangat ini, saya memang tidak menambahkan saus atau sambal agar bisa mendapatkan rasa yang sebenarnya. Kalau tergoda ingin mencoba sensasi pedas, baru ditambah sambal setelah makanan tinggal setengah. Begitu cara saya, tentu teman-teman punya cara yang berbeda. Boleh, kok, berbagi cara menikmati bakso ala teman-teman dengan menulis di kolom komentar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H