Bunyi gemuruh klakson yang sedang tren menyadarkan saya, bahwa tak lama lagi bus-bus besar pembawa rombongan akan menghiasi jalan raya. Lebih baik cepat-cepat masuk ke dalam kawasan danau Tasikardi.
Danau berlantai ubin
Ketika pertama kali menginjakkan kaki ke Danau Tasikardi, saya kagum dengan ide pembuatannya. Bagaimana dulu seorang Sultan berinisiatif untuk membuat sebuah tempat teritah untuk keluarganya. Ditempat berhawa sejuk ini keluarga Sultan Banten dapat bermain air atau menyepi sejenak dari kepenatan.
Untuk mewujudkan keinginannya, Sultan Banten meminta bantuan Hendrik Lucas Cardeel. Arsitek Belanda tersebut lantas membuat danau Tasikardi untuk tempat tetirah keluarga Sultan Banten, sekaligus penampungan air dan penyedia air ke Keraton Surosowan. Jika dilihat dari depan, bentuk danau ini kotak dengan sisi yang sama panjang. Di bagian tengah terdapat pulau buatan berukuran kecil. Banyak pohon besar tumbuh di pulau Balekambang.
Pulau ini memang sengaja dibuat bagi keluarga kesultanan Banten yang ingin menyepi sejenak. Menjauh dari hiruk pikuk kehidupan. Mendekatkan diri kepada Tuhan.
Dari tepi danau, saya mengamati pulau Balekambang. Turap pembatas pulau dengan danau terlihat jelas. Turap ini menjaga pulau agar tidak longsor karena terkena air.
Sebenarnya danau ini tidak terlalu dalam. Gelombang atau arus air tentu tidak terlalu kuat, tetapi sebaiknya tidak berenang atau berendam. Memang cuaca panas sangat menggoda, apalagi bagian bawah danau tampak bersih dari tumbuhan air. Mungkin karena bagian bawah danau ditutupi ubin bata. Jadi hanya ada lumpur tipis yang licin saat terinjak.
Tasik dan Kardi
Berkaitan dengan nama danau Tasikardi, ternyata berasal dari penggabungan dua kata, yaitu tasik dan kardi. Kata "tasik" memiliki arti danau dan kata "ardi" berarti buatan. Ketika digabungkan menjadi tasikardi yang berarti danau buatan.
Sampai saat ini danau Tasikardi masih ada dan menjadi tempat wisata. Letaknya strategis, tepat di tepi jalan raya dan tidak jauh dari Masjid Banten serta Keraton Surosowan. Banyaknya pepohonan membuat lingkungan danau terasa teduh.
Cobalah duduk-duduk di bawah pepohonan, rasakan kesejukan angin yang berembus, nikmati segelas kopi atau teh dan biarkan lamunan membawa ke masa lalu. Nanti setelah puas bermain angan, tinggalkan danau tanpa meninggalkan sampah. Agar cagar budaya ini tetap terpelihara dan bisa dinikmati oleh generasi mendatang.