Mohon tunggu...
Utari ninghadiyati
Utari ninghadiyati Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger, kompasianer, penggiat budaya

Menjalani tugas sebagai penggiat budaya memberi kesempatan untuk belajar berbagai budaya, tradisi, seni, dan kearifan lokal masyarakat. Ragam cerita ini menjadi sumber untuk belajar menulis yang dituangkan di kompasiana dan blog www.utarininghadiyati.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Ke Surabaya Naik KM Dharma Kartika II

13 Oktober 2023   20:00 Diperbarui: 1 November 2023   07:03 2960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kapal Dharma Kartika II tengah sandar di Pelabuhan Trisakti Banjarmasin (dok. Pribadi)

Jangan memendam keinginan, namun ucapkan dalam doa dan berusaha untuk mewujudkannya.

Begitulah yang saya lakukan ketika suatu hari melihat unggahan tentang pelayaran kapal penumpang Dharma Kartika II. Kapal baru ini memiliki interior yang bagus dan baru saja beroperasi melayani jalur penyeberangan dari Surabaya ke Banjarmasin dan sebaliknya.

Melihat foto-foto yang cantik, saya berniat untuk menjadi salah satu penumpangnya. Entah kapan.

Keinginan yang tidak biasa sebab belum pernah naik kapal besar seperti itu. Pengalaman saya cuma naik kapal penyeberangan dari Batulicin ke Kotabaru di Kalimantan Selatan. Lama tempuh penyeberangan hanya 1 jam. Berbeda sekali dengan lama penyeberangan dari Banjarmasin ke Surabaya yang lebih dari 15 jam.

Jeri? Tidak. Saya malah penasaran dan berdoa agar suatu saat bisa naik kapal penyeberangan ini. Doa itu terwujud.

Hampir melupakan keinginan karena pekerjaan dan rasanya tidak mungkin bepergian dengan kapal laut. Tetapi, tiba-tiba kesempatan itu datang. Seperti disodorkan ke hadapan saya.

Tanggal 16 Oktober 2023, saya harus ke Jakarta, ingin juga bertualang karena sudah lama tidak melakukannya. Ketika keluarga tahu rencana itu, mereka malah meminta saya mampir ke Surabaya. 

Ah, sayang sekali melewatkan kesempatan ini. Mengapa tidak memanfaatkannya untuk mencoba pelayaran kapal Dharma Kartika II. Mulailah mencari informasi ke beberapa teman yang pernah naik kapal laut. Lalu mencari informasi  melalui internet.

Rupanya pembelian tiket kapal laut masih terbatas, baru dilakukan oleh perusahaan yang melayani pelayaran, Dharma Lautan Utama melalui website perusahaan tersebut.

Pembelian tiket

Waktu melakukan pemesanan tiket, saya agak senewen. Ternyata berbeda dengan pemesanan tiket pesawat atau kereta api yang memiliki jadwal keberangkatan yang pasti sehingga bisa dilakukan sejak jauh-jauh hari. 

Pemesanan tiket kapal laut tidak bisa. Untuk keberangkatan tanggal 12 Oktober, jadwal keberangkatan dan kapal yang akan berlayar baru muncul di sistem pembelian tiket pada tanggal 10 Oktober 2023. Disitu akan terlihat nama kapal dan jam keberangkatannya.

Ternyata untuk pelayaran tanggal 12 Oktober, kapal yang beroperasi adalah Dharma Kartika II dan berangkat pukul 02.00 Wita. 

Meski kapal laut dapat menampung banyak penumpang, tetapi jalur penyeberangan Surabaya-Banjarmasin dan sebaliknya terbilang padat dan ramai. Tiket untuk kelas atas (VIP, kelas 1 dan 2) akan cepat habis.

Akhirnya saya memilih kelas ekonomi tidur dengan harga Rp350.000. Setidaknya saya bisa meluruskan badan selama pelayaran. Seorang teman memang menyarankan untuk mengambil kelas tersebut karena ruangannya lebih besar dan dihuni banyak penumpang. Saya jadi tidak merasa terkurung dalam ruangan. Plus bisa ngobrol untuk menghindari rasa mual.

Berangkat tepat waktu

Tepat pukul 11.00 Wita saya menuju pelabuhan Trisakti menggunakan taksi online. Pikiran saya, masih ada 2 jam untuk menunggu kapal berangkat. Ternyata ketika sampai di pelabuhan Trisakti, ruang tumggu terlihat sepi. Mungkin para penumpang belum datang. 

Betapa terkejutnya saya waktu cek in petugas yang berjaga langsung menyuruh naik ke kapal, sebelumnya saya diberi gelang berwarna biru. Belakangan saya tahu kalau warna gelang menandakan kelas untuk penumpang. Gelang kuning untuk kelas ekonomi tanpa tempat tidur, biru untuk kelas ekonomi tidur, oranye untuk kelas 1 dan 2. 

Benar saja, begitu keluar dari ruang tunggu, kapal Dharma Kartika II sudah bersandar. Pintu palkanya terbuka. Terlihat mobil dan truk sudah terparkir dengan rapi. Sambil berjalan, saya sibuk mencari petunjuk letak pintu masuk penumpang.

Sebuah spanduk tertempel di atas sebuah lubang besar. Inilah pintu masuk penumpang. Ada dua pilihan, mau pakai lift atau tangga. Sebagai orang awam, saya memilih menaiki lift agar tidak tersasar.

Sampai di atas, langsung mencari meja informasi untuk menanyakan letak kamar. Ternyata kamar tersebut ada di lantai atas. 

Siapa cepat, jadi pemilik

Sambil membawa tiket saya mencari ruangan kelas ekonomi tidur. Rupanya ada beberapa ruangan. Dari pintu saya dapat melihat jajaran kasur busa yang tertata rapi. Ada yang di bawah dan di atas. Beberapa kamar telah diisi oleh penumpang pria. Oh ya, tidak ada pemisahan jenis kelamin ya. Akhirnya saya mencari ruangan yang sudah ada penumpang perempuan. 

Namanya baru pertama, saya otomatis mencari tempat tidur sesuai nomor yang tertera di tiket. Eh, sudah ada orang yang tidur. Jadi harus mencari yang kosong. Ada satu tempat tidur kosong di bagian atas. Letaknya di tengah. Ya sudah saya pasrah mengistirahatkan diri di sana. 

Tak lama berselang, dua petugas masuk untuk memeriksa tiket. Penumpang dengan gelang kuning diminta keluar karena kelasnya berbeda. Sigap saya pindah tempat ke bawah. Jadi punya teman sesama perempuan. Oh ya meski ruangan penuh, pendingin ruangannya berfungsi sangat baik alias dingin. Untung saya pakai jaket dan kaos kaki.

Dini hari itu saya lalui dengan berisirahat. Lumayan bisa tidur, mungkin ada pengaruhnya juga dari obat anti mabuk yang saya minum. 

Makan 2 kali

Sepanjang dinihari saya tertidur dengan nyenyak sampai nggak sadar kalau kapal sudah bergerak. Baru terbangun waktu azan berkumandang. Panggilan alam membawa saya ke kamar kecil yang berada di luar.

Kamar kecil ini memiliki dua warna, merah untuk perempuan dan biru untuk laki-laki. Dari pintu terlihat deretan wastafel, sementara wc berada di seberangnya. Ada dua jenis wc, wc duduk dan wc jongkok. Saya memilih wc jongkok saja.

Baru setelah itu mencuci muka dan menggosok gigi. Habis itu rebahan lagi sambil membersihan file di gawai. Menjelang pukul 08.00 terdengar pengumuman bahwa makan pagi sudah siap dan bisa di ambil di restoran. 

Jatah makan pagi itu terdiri dari nasi, ayam, bihun goreng, sambal, puding, dan segelas air mineral. Makanan ini saya nikmati di meja yang berada di dekat jendela. Dari sana saya bisa melihat lautan lepas. Sensasi makan yang baru untuk saya. 

Makan kedua diberikan pada pukul 15.00. Jatah makan ini saya bawa ke area duduk kelas 2. Dari sini bisa melihat laut dari balik jendela-jendela besar. Tempat makannya berbeda namun lautnya sama. Kali ini makan siangnya terdiri dari sayur sop bakso, telur dadar, sambal, nasi, buah semangka, dan segelas air mineral. 

Fasilitas 

Antara makan pagi dan makan siang saya gunakan untuk berkeliling dan ngobrol. Saya penasaran seperti apa fasilitas yang ada di kapal ini. Ternyata kapal yang berasal dari Jepang ini memiliki ruang baca (sayangnya tidak buka), toko kecil yang berjualan camilan dan minuman, ruang karaoke, restoran, mushola, ruang bermain anak, tempat bermian bola, mini cafe, dan katanya ada ruang gym. 

Setelah pukul 10.00 di restoran akan tampil kelompok musik yang menghibur para penumpang. Kalau mau menikmati embusan angin laut, penumpang bisa duduk di dek luar. 

Kebersihan

Saya menyukai perjalanan dengan menggunakan kapal. Setidaknya dapat beristirahat dengan baik dan melepaskan diri dari gawai. Namun ada sedikit catatan soal kebersihan, terutama di kelas ekonomi. 

Kebersihan patut mendapat perhatian karena kamar mandi agak kotor. Lantai setiap wc tergenang air. Saya duga berasal dari pemakaian air untuk membersihkan diri. Para pengguna toilet sepertinya tidak mengetahui cara menggunakan toilet dengan teknologi modern.

Pada tepi kanan toilet terdapat tombol-tombol. Sayang instruksinya masih menggunakan huruf kanji sehingga sulit untuk dimenggerti. Untuk toilet jongkok, bentuknya berbeda namun tuas pembilasnya terlihat jelas. Itu pun masih ada yang menggunakan air dari selang pembilas untuk membersihkan toilet. 

Bau tidak sedap juga sempat tercium dari genangan air yang berasal dari tempat sampah. Mungkin plastik pelapisnya sobek sehingga air bisa leluasa keluar. Bau ini dapat hilang jika petugas segera membersihkan genangan tersebut.

Kondisi di kelas 1 dan 2 teelihat lebih baik karena para petugas mengantarkan makanan ke setiap kamar dan mengambil piring berikut sampah.

Hal ini menjadi catatan, kalau nanti naik kapal lagi sebaiknya memilih kelas 1, 2 atau VIP. Supaya bisa lebih nyaman saat menempuh 15 jam perjalanan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun