Singkong dan gula merah
Sesampainya di rumah, saya menikmati makanan tradisional dengan segelas teh hangat.Â
Ketika daun pembungkusnya dibula, terlihat adonan yang berwarna cokelat pucat.
Hm, warna pucat menandakan gula merah yang digunakan tidak banyak. Benar, ketika saya mencicipi rasanya tidak terlalu manis. Sesuai dengan selera saya yang tak suka manis.
Sambil menikmati camilan, saya teringat almarhum Ibu yang suka membuat makanan ini. Sederhana kok, hanya membutuhkan singkong, gula merah serta sejumput garam  dan ditambahi oleh parutan kelapa.Â
Adonan ini diaduk hingga rata baru kemudian di ungkus daun pisang. Untuk mematangkannya cukup dengan mengukusnya selama beberapa saat hingga matang.
Beragam nama
Makanan tradisional yang sarat dengan kenangan ini saya unggah di media sosial. Bukan karena ingin flexing, tetapi ingin berbagi kisah bahwa makanan tradisional ini juga ada di tanah Kalimantan.
Ibu yang menjual makanan ini menyebutnya dengan lemet. Bisa jadi beliau berasal dari Jawa.
Saya sendiri menyebutnya ketimus atau timus karena daerah tempat saya besar dulu ada di Jawa Barat.
Sementara teman yang tinggal di Sumatera Utara menyebutnya cimpa, meski kadang menyebutnya timus karena besar di tanah sunda, seperti saya.