SEbenarnya sudah beberapa kali lewat di depan depot bakso sapi yang menawarkan bakso. Tetapi selalu tidak sempat mampir. Padahal, hati sudah berontak untuk mencoba makan di sana.
Baru kemarin, akhirnya bisa mampir dan mencoba bakso yang ada di pal 1 Kota Banjarmasin. Setelah sebelumnya berkeliling mencari kamus bahasa Inggris.
Cuaca yang terik memang pas buat makan bakso. Jajanan yang disukai banyak orang.
Saya sampai di depot yang berada di jalan menikung itu setelah jam makan siang. Namun, suasana di dalam depot masih terlihat ramai.
Untungnya bangku di bagian belakang kosong. Segera saja duduk di sana dan menunggu pelayan datang membawa kertas dan menu makanan.
Tanpa banyak bicara, pelayan langsung meninggalkan tempat dan melayani pembeli lain. Saya jadi punya kesempatan melihat dan memilih menu dengan santai.Â
Rupanya menunya cukup banyak, mulai dari beragam bakso, mie ayam, bakso ikan, rawon, bistik ayam, gado-gado, bebek goreng, sop iga, sop buntut, siomay, lumpia, dan ayam goreng. Semua begitu menggoda.
Atas nama niat dan keinginan, saya bertahan pada bakso. Namanya makan di depot bakso sapi, tentu menu andalannya bakso sapi.Â
Kembali ke menu, bakso yang disajikan ternyata ada beberapa pilihan, bakso ikan, bakso polos, bakso babat, bakso goreng, bakso campur. Kalau mau ditambah mie bisa memilih mie, bihun, atau kwetiau.
Saya pilih bakso polos tanpa tambahan apapun. Untuk minumnya cukuplah air teh hangat.
Pesanan yang tertulis pada kertas lalu saya serahkan pada pelayan. Tak lama, segelas teh hangat datang. Di susul oleh semangkuk bakso polos.
Begitu disajikan, saya memerhatikan tampilan makanan favorit banyak orang. Sederhana saja. Kuah bening dengan taburan bawang putih goreng serta beberapa butir bakso dan sawi hijau.
Oh, iya. Pelayang juga menaruh sebuah wadah kota berwarna merah yang terisi perasan atau air dari jeruk. Ada serat-serat jeruk atau mungkin parutan sesuatu. Kenapa sih saya lupa menanyakan? Apa karena sudah tidak sabar buat menikmati bakso sapi?
Sebelum semakin penasaran, sebaiknya saya mencicipi kuah bening yang suhunya tidak terlalu panas. Hmm, kuahnya ringan. Tanpa ada rasa penyedap rasa yang berlebihan. Tidak juga terlalu makhteh karena lemak. Bening dan segar.
Baru setelah mengetahui rasa kuah, barukah saya tambahkan perasan jeruk. Ternyata rasanya semakin kuat. Enak.
Waktu mencicipi rasa kuah, saya teringat pada penjual bakso. Semua penjual bakso, kecuali yang keliling, pasti menyediakan irisan jeruk yang ditaruh di meja. Rasa asam tersebut mampu menambah rasa gurih makanan.
Saya jadi terpikat pada rasa kuah bakso yang nikmat. Bagaimana rasa balsonya? Apakah sesuai dengan keinginan saya?
Tak mau menduga, saya mulai menyantap sebutir bakso. Ukurannya pas, tidak terlalu besar atau kecil. Sedang saja. Namun rasa daging sapinya, benar-benar terasa. Ini dia bakso sapi sebenarnya, desis saya.
Saya langsung jatuh cinta. Acara makan bakso menjadi berbeda, tidak lagi burur-buru tetapi lebih dinikmati. Pelan-pelan agar seluruh rongga mulut bisa mrbikmati sensasi yang didmsajikan bakso sapi.
Berhenti sebentar untuk membilas rongga mulut dengan air teh. Lalu memulai kembali menyantap dan menikmati bakso.
Tidak terasa lebih dari 30 menit saya menikmati kelezatan  makanan dari daging ini. Dalam hati saya berujar, akhirnya menemukan penjual bakso yang sebenarnya.Â
Tak lagi bingung mencari makanan kalau sedang main ke Kota Banjarmasin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H