Mohon tunggu...
Utari ninghadiyati
Utari ninghadiyati Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger, kompasianer, penggiat budaya

Menjalani tugas sebagai penggiat budaya memberi kesempatan untuk belajar berbagai budaya, tradisi, seni, dan kearifan lokal masyarakat. Ragam cerita ini menjadi sumber untuk belajar menulis yang dituangkan di kompasiana dan blog www.utarininghadiyati.com

Selanjutnya

Tutup

Diary

Latto-Latto dan Kenangan tentang Ayah

1 Februari 2023   07:47 Diperbarui: 1 Februari 2023   07:54 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Latto-latto dan kenangan akan Ayah (dok: pribadi)

Tak-tak, suara mainan terdengar dari lapangan. Suaranya cukup keras hingga menarik perhatian. Rasa ingin tahu membuat saya keluar untuk mencari tahu.

Di lapangan depan terlihat beberapa anak berkumpul. Seorang anak terlihat tengah memainkan sesuatu. Kala itu, permainan yang mengeluarkan suara tak-tak belum setenar sekarang.

Tak heran kalau anak-anak menaruh perhatian. Saya juga tertarik untuk mencari tahu. Bunyi tak-tak itu memicu kenangan pada Ayah. 

Ayah dan latto-latto

Ketika memerhatikan permainan yang anak-anak mainkan, saya langsunh merasa sangat akrab. Dulu ayah memainkan permainan itu. Saya lupa nama permainan jadul itu.

Namun latto-latto yang Ayah mainkan bentuknya berbeda dengan latto-latto yang anak-anak mainkan. Mainan jadul Ayah memiliki gagang. 

Gagang ini seperti terdiri dari dua bagian. Bagian atas untuk mengaitkan bola yang terbuat dari plastik keras. Kaitannya terbuat dari bahan plastik tebal. Bagian lainnya merupakan pegangan.

Sementara latto-latto yang dimainkan tidak memiliki gagang. Bola plastik tebal itu disatukan dengan benang plastik. Benang ini diselipkan di antara jari. Barulah mainkan dimainkan dengan cara digerakkan.

Belajar Koordinasi

Dahulu, Ayah memainkan latto-latto untuk berlatih koordinasi. Setelah terserang stroke, Ayah kesulitan menggerakan tangan. 

Semula oleh terapis Ayah diminta belajar mengengam dengan meremas bola. Setelah kondisinya semakin membaik, terapis memintanya belajar menggerakan tangan.

Tentu saja belajar menggerakan bola-bola plastik itu tidak mudah. Selama proses belajar, saya kerap mendampingi. Memintanya untuk menggoyangkan bola-bola itu sesuai kemampuannya.

Waktu pertama kali melihat Ayah berhasil menggoyangkan bola, rasanya senang sekali. Semakin lama, kemampuan ayah meningkat. Saya juga ikutan bermain latto-latto secara bergantian. 

Latihan koordinasi dengan bermain menjadi menyenangkan. Senyum Ayah kerap tersenyum ketika berhasil memantulkan kedua bola plastik.

Suara yang dihasilkan seperti musik yang menyenangkan sebab ada senyum dan kegembiraan. Hingga kini, suara itu tetap terekam dan menjadi kenangan yang menyenangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun