Antusias warga yang ingin menonton juga memberi gambaran bahwa kota ini memang kaya budaya. Berbagai etnis  dapat berbaur dengan baik.
Kegembiraan begitu terasa. Aura kegembiraan dapat mengusir lelah karena menunggu pertunjukan. Saya memilih naik ke atas sambil berharap ada secuil tempat untuk duduk atau berdiru melihat pertunjukan.
Untunglah ada sedikit tempat untuk melihat barongsai dari lantai dua. Bersama penonton, saya duduk menunggu pertunjukan.
Posisi saya cukup bagus karena langsung berada di atas atrium sehingga bisa melihat pertunjukan. Sembari menunggu saya asyik mengamati para penonon di bawah. Betapa mereka duduk menunggu dengan sabar.
Dan, dung-dung, dung-dung. Gendang besar ditabuh untuk meminta jalan pada penonton. Tiga pemain musik masuk ke dalam arena. Lalu empat pemain berjalan di belakang sambil membawa barongsai.Â
Gendang besar terus ditabuh mengiringi para pemain yang tengah mengamati tiang-tiang besi bersama seorang pelatih. Sepertinya mereka sedang mengatur strategi.
Tak lama, musik dimainkan dengan suara keras. Dua barongsai berwarna kuning mulai menari. Mereka berjalan, meliuk, berdiri dan menari.Â
Seorang pemegang kepala barongsai kemudian diangkat. Kakinya menapak di atas dua tiang besi. Sementara barongsai lain bergerak di sekitar tiang.
Sesekali kelopak matanya terbuak dan tertutup. Lalu berkedip. Kupingnya naik turun seperti tengah mendengarkan suara seruan anak-anak yang gembira. Ekornya bergoyan tanda bahagia.
Barongsai ini lantas mendekati seorang perempuan yang mengacungkan amplop berwarna merah. Setelah mengambil angpao, barongsai menari riang.