Menurut info, letak nisan misterius itu di sebelah utara makam sultan Mustaimbillah. Tapi kok itu kawasan persawahan dan terendam. Untung ada pedagang sayur dan ibu yang lagi belanja. Keduanya sempat bingung, untung seorang nenek mengatakan pernah melihat bentuk nisan itu di sebelah kanan jalan.
Ternyata bukan di daerah sungai kitano, tapi dalam pagar. Jadi balik arah ikuti jalan menyeberangi jalan besar. Lalu berjalan pelan sambil mengamati sebelah kanan jalan.
Setiap ada pemakaman kita berhenti. Sudah kayak inspeksi gitu. Bertanya ke orang-orang sampai ke juru pelihara makam Sultan Innatullah. Jawabnya belum pernah lihat. Kami disarankan menemui pegustian banjar di Pesayangan. Mereka tahu dimana saja makam para sultan. Siapa tahu pernah melihat nisan yang dimaksud.
Ya udah, berencana dulu saja buat menemui pagustian banjar. Lalu sekarang ngapain dong?
Mending nyari yang lagi viral, si keramik itu. Toh lokasinya tidak terlalu jauh, sekitar 5 km lagi. Kami tinggal mengikuti jalan lalu menaiki jembatan dan belok kanan. Lurus terus mengikuti jalan.
Sambil jalan, mata mengawasi sekitar supaya tak salah dan takut kelewatan. Kami sama sekali belum pernah ke Sungai Rangas. Tidak ada petunjuk tepat lokasi penemuan keramik. Petunjuknya cuma desa sungai rangas dan di pinggir sungai Martapura.
Eh itu ada jemuran ikan kering sapat. Itu juga ada yang jual kerupuk nasi. Warna-warni itu apa? Rupanya opak. Asyik juga.
Berhenti sebentar untuk bertanya sama paman sayur. Jawabannya cepet banget, lurus saja sampai ketemu plang wisata sungai rangas, belok kanan.
Oke. Makasih paman.
Lanjut dan ketemu si plang. Belok ke kanan mengikui jalan, bertanya lagi sama anak kecil. Langsung dikasih tahu letaknya. Maju saja nanti ada kuburan belok kanan. Belum juga mendapati makam, sekelompok bapak-bapak langsung memberitahu agar kami belok menuju tepi sungai.
Sempat nggak yakin karena ada mobil patroli dan beberapa orang polisi. Plus ada tenda dan bangku. Saya berpikir ada kejadian kriminal.