Bagaimana dengan kulinernya?
Pagi itu ada seorang penjual kue buroncong yang bentuknya mirip pukis. Dia masih menyiapkan dagangannya saat saya lewat.
Hanya seorang penjaja bubur ayam yang sudah sibuk menawarkan daganganannya kepada para pejalan kaki.
Kita tinggal memilih tempat duduk di tepi pantai dan bubur pesanan akan diantarkan.
Sayang, saya tak paham bahasa Makassar sehingga tak bisa berbincang dengan seorang petugas kebersihan yang menyapa.
Kota Makassar memang menyenangjan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H