Petugas itu tetap bekerja meski saya lewat di dekatnya. Semakin jauh saya berjalan, semakin banyak orang yang saya temui.
Rupanya warga banyak yang memanfaatkan pantai yang sepi untuk berolahraga. Usia mereka memang tak muda, namun masih terlihat berenergi dan lincah.
Dari pakaian yang saya lihat, sepertinya mereka berasal dari sebuah kelompok . Entah kelompok olahraga apa karena mereka terus berjalan menuju ujung pantai.
Rupanya tidak hanya saya yang memilih menikmati pantai di pagi hari. Ada juga wisatawan yang datang ke pantai. Tapi, mereka tidak sendiri. Berdua atau bersama kelompok kecilnya.
Suasana yang sepi memang menguntungkan untuk melakukan kegiatan yang bisa dibilang menyenangkan, apalagai kalau bukan berfoto bersama atau sendiri. Mengukir kenangan untuk untuk masa depan.
Ada beberapa spot yang menjadibpilihan. Di depan patung penari, di depan tulisan City of Makassar, di depan tulisan Makassar, di depan tulisan Pantai Losari dan yang paling disukai adalah foto berlatar belakang Masjid 99 Menara.
Bangunan berwarna-warni itu memang mencuri perhatian karena arsitektur dan pemilihan warnanya yang menyenangkan.
Saya pun terus berjalan menyusuri pantai yang terus dibersihkan. Untuk pejalan kaki, jalur yang disediakan sangat menyenangkan. Tak ada gangguan dar i kendaraan. Cukup teduh dengan banyaknya pepohonan. Nyaman karrna tak banyak sampah berserakan.
Kawasan Pantai Losari memang benar-benar disiapkan untuk wisatawan.Â
Di sepanjang pantai pengunjung bisa mengetahui para tokoh atau pahlawan melalui patung-patung separuh badan yang ditata sedemikian rupa. Ada Suktan Hasanuddin dan Arupalaka.
Ada juga patung-patung para penari dari Toraja. Mengundang untuk mendatangi Tana Toraja.