Memerhatikan dan melihat gerakan penari. Dupa kembali menebar wangi. Satu per satu penari mulai mengalami trance. Tidak hanya penari, beberapa anggota perwakilan kuda lumping mulai mengalami hal serupa. Seorang yang berbadan besar bahkan terlihat meruap pasir kasar yang ada di hadapannya.Â
Lalu peserta lain badannya mengejang, kaku. Para pawang mulai disibukkan dengan mereka yang trance. Untunglah tidak ada penonton dari luar pagar yang mengalami kejadian serupa. Suasana hampir chaos hingga akhirnya tetabuhan dihentikan.Â
Kini, para pawang harus mengembalikan kesadaran yang hilang. Tentu dengan doa dan keyakinan. Hingga semua kembali ke alam nyata. Saat kembali dari keadaan tak sadar, mereka tak ingat apa yang terjadi dan apa yang diminta. Ya, ada yang meminta singkong mentah dan memakannya di tengah lapangan.Â
Lainnya asyik menikmati batang pisang yang baru dicabut dari luar pagar. Seorang perempuan bahkan meminta segelas kopi pahit. Namun, ada juga yang mendatangi penyanyi dan memintanya menyanyikan sebuah lagu. Saat mendengar lagunya, dia tersenyum dan menari dengan gembira.Â
Hm, kedua permintaan itu sepertinya biasa saja. Ada yang berbeda ketika seorang penari meminta pengantin masuk ke dalam arena. Entah seperti apa perasaan pengantin perempuan kala memasuki arena. Keduanya duduk di tengah sambil menunduk. Pengantin laki-laki mendengarkan kata-kata yang dibisikkan penari. Akhirnya pengantin tak lagi meninggalkan arena. Mereka duduk seraya menonton pertunjukkan hingga usai. #kudalumping #penggiatbudaya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H