Mohon tunggu...
Camelia Utami
Camelia Utami Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jangan Berikan Leher Kalian Secara Gratis kepada PKI

9 Februari 2017   05:39 Diperbarui: 9 Februari 2017   06:29 1409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: politiktoday.com

Merebaknya isu kebangkitan komunis mengingatkan saya kepada sosok Letnan Jenderal Sarwo Edhie Wibowo. Dia adalah sosok penting dibalik operasi penumpasan pemberontakan PKI 1965.

Konon, salah satu alasan Sarwo menerima tugas itu karena salah satu korban Gerakan 30 September 1965 adalah Jenderal Ahmad Yani, atasan sekaligus sejawatnya di Angkatan Darat. Karenanya, Sarwo menerima tugas itu dengan tegap dan siap. Ketika itu Sarwo menjabat sebagai Komandan Pasukan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD).

Salah dua pengalaman menarik Sarwo dalam menumpas PKI di Jawa Tengah terekam dengan baik dalam Buku Perjalanan Seorang Wartawan Perang. Ada beberapa kejadian penting yang dicatat oleh wartawan senior Hendro Subroto dalam buku yang diterbitkan Pustaka Sinar Harapan itu.

Negosiasi Menghadapi Pemogokan Buruh

Pada tahun 1965, Solo merupakan kota yang menjadi basis PKI. Karenanya, kota ini menjadi salah satu sasaran RPKAD ketika melakukan pergerakan ke Jawa Tengah.

Alkisah, kedatangan Sarwo dan pasukannya itu disambut dengan pemogokan Serikat Buruh Kereta Api (SBKA) di Stasiun Solo Balapan.  Pemogokan ini tidak anarkis, tetapi akibatnya kereta dari Yogyakarta, Semarang, Madiun dan tujuan lain tertahan di Solo.

Maklum kalau pemogokan ini mengganggu kepentingan publik, Sarwo pun mendatangi massa buruh yang sedang duduk-duduk di pinggir rel. Alih-alih bersikap keras, Sarwo mengajak massa buruh untuk berdialog.

“Siapa yang mau mogok, berkumpul di sebelah kiri saya,” lantang Sarwo yang berkaca mata hitam.

Hening. Tak ada seorang buruh pun yang bergerak.

“Siapa yang tidak mau mogok supaya berkumpul di sebelah kanan saya. Saya beri waktu lima menit!” teriak Sarwo lagi.

Sontak, massa buruh berbondong-bondong berkumpul di sebelah kanan Sarwo. Tak seorang buruh pun yang tegak sisi kiri Sarwo.

“Lho ternyata tidak ada yang mau mogok,” kata Sarwo dengan tersenyum. “Kalau begitu jalankan kereta api.”

Walhasil, para buruh itu pun bergerak menuju posnya masing-masing. Pemogokan usai. Kereta pun melaju kembali.

Menarik Hati Rakyat

Untuk menekan psikologi para pendukung PKI, pasukan RPKAD kerap melakukan show of force di Jawa Tengah. Biasanya, pasukan RPKAD melakukan konvoi keliling kota dengan panser dan puluhan truk. Masyarakat yang semula takut berbalik menyambut karena konvoi tersebut diiringi dengan aksi para prajurit melambai-lambaikan tangan dengan ramah. Melihat dukungan rakyat kepada pasukan RPKAD, nyali para anggota dan simpatisan PKI langsung menciut.

Selain konvoi, untuk manarik dukungan rakyat agar berani melawan PKI, Sarwo juga kerap berorasi di rapat-rapat umum. Pada suatu hari, Sarwo pernah berorasi di depan ribuan massa. Dialognya, kira-kira begini.

“Siapa yang bersedia dipotong lehernya dibayar seribu rupiah?” teriak Sarwo.

Massa terbungkam.

“Sepuluh ribu rupiah?”  

Massa masih bungkam.

“Seratus ribu? Sejuta? Sepuluh juta?” kejar Sarwo terus.

Melihat massa rakyat tetap terbungkam, Sarwo baru menderaskan maksud pertanyannya.

“Jika dibayar Rp 10 juta saja kalian tidak mau dipotong lehernya, jangan berikan leher kalian secara gratis pada PKI. Kalian lawan PKI. Jika kalian takut, ABRI berada di belakang kalian. Jika kalian merasa tidak mampu, ABRI bersedia melatih,” teriak Sarwo.

Pidato Sarwo itu lantas disambut sorak-sorai ribuan massa rakyat.

Demikian salah satu strategi Sarwo dalam mengajak partisipasi rakyat untuk bahu-membahu bersama TNI untuk menumpas pemberontakan PKI pada periode 1965-1966.

sumber narasi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun