Mohon tunggu...
Utami Nur Hidayah
Utami Nur Hidayah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Bismillah Allah selalu bersamamu :))

Selanjutnya

Tutup

Money

Bagaimana Kondisi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia selama Pandemi Covid-19

11 Januari 2021   05:42 Diperbarui: 11 Januari 2021   05:54 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal munculnya virus tersebut, tidak begitu menghebohkan Indonesia, Indonesia yakin bahwa virus tersebut tidak akan mampu bertahan di Indonesia, karena iklim Indonesia yang panas membuat virus tersebut mati. Namun siapa sangka, sejak munculnya Covid-19, perekonomian dunia benar-benar diguncangkan, bahkan beberapa perekonomian beberapa Negara di dunia mengalami resesi, termasuk Indonesia.

Pada awal Maret 2020, Indonesia dihebohkan dengan kasus pertama yang terjadi di Indonesia. Ternyata pernyataan mengenai virus tersebut tidak mampu bertahan pada iklim Indonesia salah. Sejak muncul kasus pertama di Indonesia pada bulan Maret, kasus Covid-19 atau corona virus terus meningkat seiring berjalannya waktu.

Hingga saat ini, bulan Desember 2020 tercatat bahwa total kasus di Indonesia sebanyak 713 ribu, dengan rincian sembuh 684 ribu, dan meninggal dunia 21.237. Corona virus tidak hanya berdampak pada kesehatan saja, namun di seluruh bidang, termasuk ekonomi pun dampaknya sangat terasa. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia salah satunya.

Pertumbuhan ekonomi selama pandemi terus mengalami penurunan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia terendah memang terjadi pada kuartal II-2020, minus hingga 5,32 % saat pandemi Covid-19 dimulai dan terjadi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta dan berbagai kota besar lainnya.

Sejak berlakunya PSBB di Jakarta, itu bearti bahwa pemulihan kondisi ekonomi di Jakarta pun akan semakin lama. Pertumbuhan ekonomi di Jakarta pun akan melaju dalam kondisi minus di kuartal III. Jika terjadi pertumbuhan minus, maka Indonesia akan mengalami resesi ekonomi, sebab Indonesia telah mengalami pertumbuhan ekonomi minus secara berturut-turut.

Memasuki pertumbuhan ekonomi kuartal III, pertumbuhan ekonomi pun masih terlihat minus, namun sudah mulai membaik karena masyarakat pun sudah mampu menyesuaikan diri dengan kondisi pandemi ini. PSBB mulai dilonggarkan, kegiatan ekonomi mulai aktif kembali, kontraksi ekonomi berkurang menjadi 3,49 %.

Namun pada kuartal III, jumlah pengangguran meningkat dari 2,67 juta menjadi 9,77 juta. Selain itu, persentase pekerja formal juga menurun 4,59 % menjadi 39,53 % dari total 128,45 juta pekerja.

Terdapat indikator-indikator yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengalami penurunan selama pandemi terjadi, yaitu banyaknya orang yang kehilangan pekerjaan, karena adanya PHK sebab perusahaan sudah tidak mampu lagi memberi upah akibat daya beli masyarakat menurun secara signifikan selama pandemi, padahal pada tahun 2019 konsumsi masyarakat menyumbang 57 % pada pertumbuhan ekonomi, perusahaan menghasilkan sedikit penjualan yang menyebabkan menurunnya upah atau pengahasilan tenaga kerja, dan pengeluaran atau output ekonomi Negara mengalami penurunan.

Memasuki kuartal IV 2020, Menteri Keuangan, Sri Mulyani mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan minus di kisaran 2,9 % hingga minus 0,9 %. Diperkirakan bahwa proyeksi tingkat konsumsi pada kuartal IV masih tertekan di kisaran minus 3,6 % hingga minus 2,6 %. Indikator lain seperti konsumsi pemerintah juga masih minus di kisaran minus 0,3 % hingga 0,3 % positif hingga akhir tahun.

Untuk perkiraan pertumbuhan perekonomian Indonesia di tahun 2021, Sri Mulyani mengatakan bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2021 tumbuh 4% hingga 5%, yang disumbangkan dari semua Negara, termasuk Negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Pada tahun 2021, pemulihan ekonomi masih harus tetap dilakukan. Meskipun sejumlah tantangan masih akan tetap dihadapi, seperti tantangan stabilitas kesehatan, banyaknya jumlah pengangguran, dan krisis sektor usaha, serta sektor riil yang berimbas pada sector keuangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun