Mohon tunggu...
Zukra Budi Utama
Zukra Budi Utama Mohon Tunggu... profesional -

Pembelajar Sosial dan Ekonomi Manajemen SDM

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mekanisme Kendali Prioritas, Terapan PCE untuk Solusi Macet Ibukota

4 Juli 2015   00:18 Diperbarui: 14 Januari 2016   14:04 4312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kehidupan sosial masyarakat wajib tertata rapi, maka dibutuhkan regulasi dalam mengaturnya. Sayangnya kebanyakan regulasi kita tidak menyentuh aspek implementasi (lihat Policy control engine atau PCE), sehingga tidak punya daya dobrak dalam mengatasi masalah, salahsatu contoh adalah masalah macet ibukota. Banyak kebijakan dibuat namun kemacetan malah makin parah. Tentu ada sesuatu yang salah. Untuk itu kita harus merubah cara berpikir dan keluar dari kebiasaan lama.  

[caption caption="Macet Jakarta"][/caption]

Kemacetan Jakarta -sumber foto: kadindkijakarta.or.id/tiap-tahun-pengusaha-rugi-28,1-triliun.html

*******

Umumnya UU transportasi di dunia menegaskan tujuan utama sistem transportasi adalah menghasilkan kontribusi maksimal terhadap ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat.

Rambu ini sebenarnya sudah cukup bagi pemerintah untuk masuk lebih dalam bagi pengaturan implementasinya, dengan menyusun formulasi regulasi yang terintegrasi dengan terapan, yang sepenuhnya mengarah pada tujuan utama diatas.

Pengaturan Prioritas Pengguna Jalan

Tidak jarang sahabat yang jadi pembicara seminar berceloteh menanyakan mengapa dan seberapa penting orang berdesakan di jalanan, bahkan sampai menghalangi ambulan yang membawa pasien gawat darurat. Berarti tingkat prioritasnya sama pentingnya dengan nyawa, sehingga rela bergerak bagai siput di hampir seluruh pelosok ibukota.

Disinilah pemerintah harus menunjukkan perannya dalam memastikan tingkat kepentingan pengguna jalan sehingga tidak mengganggu tujuan utama fasilitas jalan, khususnya dalam kondisi jumlah jalan yang sangat terbatas saat ini.

Dengan pendekatan Logic Simulation System atau disingat LSS (lihat PCE), dapat dibangun terapan perlakuan khusus atas dasar pertimbangan keterbatasan. Logika paling dasar dari manajemen dalam mereduksi beban adalah mengatur prioritas penggunaan.

Pengaturan prioritas penggunaan memisahkan kelompok pengguna berdasarkan  tingkat dampak keberadaannya terhadap tujuan penggunaan. Tentunya disini yang layak mendapat prioritas pertama adalah para pelaku ekonomi dan seluruh personil yang terkait dengan operasional dari proses inti bisnis. Tingkat prioritas tersebut antara lain:

  1. Bagian utama dari proses inti bisnis, seperti operator yang keberadaan tubuhnya menentukan jalan tidaknya proses ekonomi, contohnya operator jalan tol, para perawat dan dokter jaga di puskesmas dan rumah sakit, polisi tugas jaga, petugas loket pelayanan di kantor pemerintahan, dll. Kelompok ini mendapat prioritas utama pergerakan di ibukota setiap hari.
  2. Bagian pendukung dari proses inti bisnis, ini level manajemen yang tubuhnya tidak datangpun (asal hasil kerjanya sampai), tidak akan mengganggu proses inti bisnis. Fungsinya hanya pengawasan dan pengarahan. Jika belum mampu membangun mekanisme kendali operasional dengan LSS, kelompok ini diberi prioritas pergerakan terbatas ke beberapa titik sesuai jumlah titik pengawasan.
  3. Bagian strategis, ini yang produknya hanya dibutuhkan sekali-sekali saja. Jika belum mampu membangun mekanisme kendali strategi dengan LSS, kelompok ini diberi prioritas sangat terbatas.

Sesungguhnya dari analisa prioritas ini sudah terlihat gejala anomali. Selama ini yang seharusnya dapat prioritas utama ternyata melakukan pergerakan dengan sulit.

Setiap hari pada jam padat pagi dan sore, mereka berdesakan di angkutan umum, menghabiskan waktu di jalan disebabkan mobil pribadi yang semakin banyak menghalangi.

Prioritas kedua dan ketiga tiap hari pada jam padat pagi dan sore naik mobil pribadi bergerak memenuhi jalanan ibukota, dimana pergerakan ini tidak signifikan bagi pertumbuhan ekonomi.

Artinya dia bergerak atau tidak pada jam padat pagi dan sore, tidak akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Mungkin sebaliknya, semakin dia tidak bergerak semakin baik bagi ekonomi, karena banyak waktu belajar untuk lebih bijak dan kreatif menghasilkan inovasi manajemen, daripada sekedar menjadi pelaku kemacetan.

Setelah mengurai prioritas berdasarkan tujuan utama, pemerintah dapat melakukan tindak paksa dalam mengaturnya, antara lain dengan cara mewajibkan penggunaan GPS di setiap mobil pribadi, sehingga penggunaannya dapat diatur sedemikian rupa oleh sistem yang yang mengacu pada prioritas penggunaan.

Pengaturan Paksa Berdasarkan Prioritas

Dilakukan dengan dasar kebijakan pengaturan prioritas, dimulai dengan mewajibkan penggunaan GPS bagi mobil pribadi. Berdasarkan prioritas, LSS akan mengolah data GPS serta seluruh kemungkinan kondisi untuk dikendalikan mewujudkan tujuan, yaitu penggunaan jalan ibukota yang berdampak ekonomis bagi kesejahteraan rakyat.

Untuk itu diwajibkan seluruh perusahaan atau organisasi sosial yang berdomisili atau akan baraktifitas di ibukota menyampaikan rencana kerja tahunan dengan data kongkrit di setiap akhir tahun untuk dimasukkan ke sistem, sehingga diawal tahun sudah dapat diukur beban maksimal jalan bagi kelompok prioritas utama.

Kelompok prioritas berikutnya akan segera mengisi bagian yang kosong, dengan syarat mengisi rencana perjalanan mereka sejak pagi atau malam sebelumnya.

Sistem akan segera memberitahu jam berapa mereka menggunakan jalan ibukota mengikuti rute dengan batas kecepatan yang sudah ditetapkan menuju titik tujuan. Makin cepat menginput rencana perjalanan makin mudah rute, dan ijin penggunaan jalan makin mendekati keinginan waktu untuk sampai di tujuan.

Segala kondisi diluar dugaan harus segera dilaporkan dengan cara mudah ke sistem, agar sistem segera memberikan solusi pada saat itu juga. Setiap pelanggaran aturan lalu lintas dan perubahan kondisi yang tidak atau salah dilaporkan (yang menyebabkan kesalahan rute atau waktu), akan mengakibatkan penalti bagi pengguna jalan. Penalti tercatat di sistem yang wajib dibayarkan bersamaan dengan waktu membayar pajak bagi perpanjangan STNK.

PCE dengan sistem kendali GPS, secara terpisah dapat digunakan bertahap membangun sistem traffic management, dengan menjadikan seluruh traffic light jalan seperti katup piping system bagi distribusi debit yang tepat guna menjamin kelancaran aliran.

Manfaat Solusi Mekanisme Kendali Prioritas dengan PCE

Menurut catatan tempo.co pada 2013, Dr. Heru Sutomo dari Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) mengatakan, kerugian yang harus ditanggung Jakarta akibat macet mencapai Rp 35 triliun per tahun. Terdiri atas biaya bahan bakar yang terbuang sia-sia Rp 12 triliun, dan biaya operasional kendaraan Rp 23 triliun per tahun. Ini belum memperhitungkan biaya kesehatan dan lingkungan akibat polusi yang ditimbulkan. Adapun kerugian ekonomi akibat kemacetan Jakarta ditulis media investor daily tahun 2011 adalah sekitar 46 Triliun/ Tahun berdasarkan perhitungan Dishub DKI Jakarta. 

Penerapan PCE dengan pengaturan prioritas pengguna jalan untuk kendali macet ibukota akan membantu mereduksi kerugian, karena mampu mengatur beban jalan sesuai keinginan, dengan fokus pada tujuan dari dibangunnya fasilitas jalan. Bisa diasumsikan menghemat sampai 46 trilyun setahun yang jelas sangat berdampak secara ekonomis, sehingga terapannya sesuai dengan tujuan pengadaan fasilitas jalan.

Selain keuntungan ekonomi diatas, terapan PCE membudayakan masyarakat dalam penyusunan rencana kegiatan, baik pribadi maupun formal institusi dan sosial. Saatnya kita tidak lagi terlena dan berbangga dengan kekayaan berlimpah bumi pertiwi. Kita harus sadar dan peduli bahwa bangsa ini sudah sangat jauh tertinggal. Untuk itu kita harus berubah.

Bukan sistem biasa

Mungkin yang biasa mendengar sistem akan tersenyum mengatakan ini hanya satu dari banyak sistem. Tapi jika jeli mengamati perkembangannya sejak 1990 akan bertanya mengapa sistem ini selalu hasilkan sesuatu yang riil terimplementasi dan terbukti nyata manfaatnya jauh diatas ekspektasi dan perkiraan, termasuk untuk hal yang dianggap mustahil sekalipun. Itulah bedanya.

PCE diawali dari membangun system thinking dalam landasan spirit pertumbuhan dengan LSS, yang melibatkan person yang bertanggungjawab langsung di bidang yang disentuh, sehingga tumbuh dari dalam (built-in), membawa karakter tempat dia dipasang (jadi tidak generik seperti Balance Scorecard atau Six Sigma). Bangunan system thinking dengan LSS pada person juga membawa karakter person tersebut sehingga unik, namun sama-sama memberi efek solusi yang mampu menjamin riil implementasi manfaatnya. Pola umum PCE sangat sederhana, digambarkan seperti berikut.

[caption caption="Pola Umum Terapan PCE"]

[/caption]

Satu hal yang tersembunyi dari bangunan PCE adalah karakter hidup yang dibawanya. Bahwa dia semakin hebat jika digunakan untuk mendukung orang lain menjadi hebat di bidangnya. Sehingga PCE mampu membangun budaya saling dukung antar sesama dalam menghasilkan manfaat bagi semesta. Bahwa bagi manusia berlaku asas dasar kehidupan “tiada hebat selain menghebatkan sesama” dan yakin Sang Pencipta selalu ada pada tempatnya.

 

 

------------

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun