Mohon tunggu...
Uswatun Uswatun
Uswatun Uswatun Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi volly ball

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori perkembangan moral yang di kemukakan Lawrence kohlberg

17 Januari 2025   23:11 Diperbarui: 17 Januari 2025   23:11 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori Perkembangan Moral yang dikemukakan oleh Lawrence Kohlberg adalah salah satu teori yang paling berpengaruh dalam psikologi perkembangan. Kohlberg mengembangkan teori ini berdasarkan pada teori kognitif Jean Piaget,tetapi memperluasnya dengan menyelidiki bagaimana individu mengembangkan pemahaman mereka tentang moralitas seiring berjalannya waktu. Kohlberg percaya bahwa perkembangan moral terjadi dalam urutan yang bersifat universal dan bahwa setiap individu melewati tiga tahap utama perkembangan moral, dengan setiap tahap memiliki dua sub-tahap.

 Pendekatan Kohlberg terhadap Perkembangan Moral

    Kohlberg berfokus pada cara individu berpikir tentang masalah moral, bukan hanya pada keputusan moral itu sendiri. Ia melakukan penelitian untuk mengidentifikasi bagaimana orang menilai keputusan moral yang berbeda dan menemukan bahwa ada pola tertentu dalam cara orang berpikir tentang dilema moral.

Kohlberg berpendapat bahwa perkembangan moral seseorang terjadi dalam tiga tingkat utama, dan setiap tingkat terdiri dari dua tahap.Dengan kata lain, ada total enam tahap perkembangan moral. Perkembangan ini bersifat bertingkat, artinya seseorang tidak dapat melompati tahap tertentu, meskipun tingkat dan tahap yang lebih tinggi belum selalu tercapai oleh setiap individu pada usia tertentu.

 Tiga Tingkat Perkembangan Moral Menurut Kohlberg

1.Tingkat Prekonvensional (Preconventional Level)

   Tingkat ini umumnya ditemukan pada anak-anak (meskipun beberapa orang dewasa juga bisa berada di tahap ini), di mana penilaian moral seseorang masih didasarkan pada penghargaan atau hukuman eksternal. Pada tingkat prekonvensional, individu belum memiliki pemahaman yang matang tentang moralitas atau nilai-nilai sosial secara umum, dan mereka menilai tindakan berdasarkan konsekuensi langsung yang akan mereka terima.

Tahap 1: Orientasi pada Hukuman dan Ketaatan (Obedience and Punishment Orientation)
   Pada tahap ini, anak-anak mengaitkan moralitas dengan hukuman. Mereka melakukan sesuatu yang baik atau menghindari tindakan yang salah bukan karena mereka memahami prinsip moral di baliknya, tetapi karena mereka takut dihukum. Moralitas didasarkan pada penghindaran hukuman dan kepatuhan terhadap otoritas.

   Contoh
Seorang anak mungkin tidak mencuri barang karena takut dihukum oleh orang tuanya atau guru.

Tahap 2: Orientasi pada Kepentingan Pribadi (Self-Interest Orientation)
   Pada tahap ini, anak-anak mulai melihat tindakan moral sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan mereka sendiri. Mereka mungkin mulai melakukan tindakan baik karena mereka mengharapkan imbalan atau keuntungan pribadi. Moralitas di sini berbasis pada pertukaran yang saling menguntungkan, di mana "jika saya melakukan ini untukmu, kamu harus melakukan itu untuk saya."

   Contoh
Seorang anak akan membantu teman sekelasnya dengan harapan bahwa temannya akan membalas kebaikan tersebut di masa depan.

2. Tingkat Konvensional (Conventional Level)

    Tingkat ini sering kali dimulai pada usia remaja dan dewasa muda, dan ditandai dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang nilai-nilai sosial dan kewajiban moral. Individu di tingkat ini mulai menginternalisasi norma-norma sosial dan mengevaluasi tindakan mereka berdasarkan apa yang dianggap benar oleh kelompok atau masyarakat.

Tahap 3: Orientasi pada Hubungan Interpersonal yang Baik (Good Interpersonal Relationships Orientation)
   Pada tahap ini, individu mulai menilai tindakan moral berdasarkan pengaruhnya terhadap hubungan interpersonal. Mereka ingin diterima dan dihargai oleh orang lain, dan mereka berusaha untuk menjadi orang yang baik dengan mengikuti standar sosial yang diterima, seperti kesopanan, kesetiaan, atau perhatian terhadap orang lain.

 Contoh
   Seorang remaja akan mengikuti aturan di sekolah karena mereka ingin diterima oleh teman-teman dan mendapatkan penghargaan sebagai "siswa yang baik."

Tahap 4: Orientasi pada Sistem Hukum dan Pemeliharaan Tertib Sosial (Law and Order Orientation)
   Pada tahap ini, individu menilai moralitas berdasarkan pemahaman bahwa aturan dan hukum penting untuk menjaga keteraturan sosial. Mereka mengikuti aturan karena mereka merasa itu adalah kewajiban mereka untuk mendukung masyarakat dan menghindari kekacauan. Di sini, rasa hormat terhadap otoritas dan aturan dianggap sebagai nilai utama.

   Contoh
   Seseorang akan berhenti di lampu merah karena mereka merasa itu adalah aturan yang perlu dipatuhi demi keselamatan bersama, bukan hanya untuk menghindari denda.

3.Tingkat Pascakonvensional (Postconventional Level)

    Tingkat ini adalah tahap yang lebih tinggi dalam perkembangan moral, dan hanya sebagian kecil orang yang mencapai tahap ini. Pada tingkat ini, individu mulai mengembangkan pemahaman tentang prinsip moral yang lebih mendalam, yang lebih didasarkan pada hak asasi manusia, keadilan, dan etika universal daripada sekadar norma sosial atau aturan eksternal.

Tahap 5: Orientasi pada Kontrak Sosial dan Hak Asasi Manusia (Social Contract and Individual Rights Orientation)
   Pada tahap ini, individu mulai mempertimbangkan hak-hak individu dan prinsip-prinsip keadilan yang lebih tinggi. Mereka memahami bahwa meskipun hukum dan aturan penting, mereka harus dievaluasi berdasarkan apakah aturan tersebut mendukung hak asasi manusia dan keadilan. Orang pada tahap ini cenderung mendukung perubahan sosial jika mereka merasa hukum tidak adil.

   Contoh
Seseorang mungkin mendukung peraturan yang melindungi kebebasan berbicara meskipun ada konflik dengan hukum yang ada, karena mereka memperjuangkan hak asasi manusia dan keadilan sosial.

Tahap 6: Orientasi pada Prinsip Etika Universal (Universal Ethical Principles Orientation)
   Ini adalah tahap perkembangan moral yang paling tinggi, di mana individu menilai tindakan moral berdasarkan prinsip-prinsip etika universal yang didasarkan pada konsep keadilan, kesetaraan, dan hak asasi manusia. Di sini, moralitas dipandu oleh prinsip-prinsip yang bersifat absolut dan tidak tergantung pada konvensi sosial atau hukum yang ada.

   Contoh
Seorang individu yang berjuang untuk menghapuskan diskriminasi rasial atau ketidakadilan lainnya, bahkan jika itu bertentangan dengan hukum atau norma sosial, karena mereka memegang prinsip-prinsip moral universal seperti keadilan dan kesetaraan.

 Pentingnya Pemikiran Moral dalam Teori Kohlberg

   Kohlberg berpendapat bahwa perkembangan moral bukan hanya tentang perilaku moral itu sendiri, tetapi lebih kepada cara individu *berpikir* tentang masalah moral. Menurutnya, kemampuan untuk berpikir secara moral berkembang secara bertahap melalui tahapan-tahapan yang didasarkan pada kecanggihan kognitif. Oleh karena itu, perkembangan moral sangat erat kaitannya dengan perkembangan intelektual secara keseluruhan.

Dalam pandangan Kohlberg,   pemahaman moral tidak bergantung pada perasaan atau emosi, tetapi pada pemikiran logis dan penalaran yang matang tentang keadilan, hak asasi manusia, dan tanggung jawab sosial.

 Implikasi dari Teori Kohlberg

  Teori perkembangan moral Kohlberg memberikan wawasan tentang bagaimana moralitas berkembang seiring dengan usia dan pengalaman hidup. Beberapa implikasi dari teori ini antara lain:

1.Pendidikan Moral
     Teori ini menunjukkan bahwa pendidikan moral dapat dilakukan dengan melibatkan individu dalam diskusi dan refleksi tentang dilema moral. Dengan memberikan ruang bagi individu untuk berpikir tentang nilai-nilai, keadilan, dan hak-hak individu, kita dapat membantu mereka berkembang menuju tahap yang lebih tinggi dalam perkembangan moral.

2. Perkembangan Individu
      Kohlberg juga menunjukkan bahwa tidak semua orang mencapai tahap moral yang paling tinggi. Oleh karena itu, ini menunjukkan pentingnya lingkungan yang mendukung untuk perkembangan moral yang matang, seperti keluarga, sekolah, dan masyarakat yang memberikan contoh moral yang baik.

3.Perubahan Sosia
      Pemahaman tentang tahap perkembangan moral ini dapat digunakan untuk mempengaruhi perubahan sosial. Sebagai contoh, kampanye sosial yang menekankan hak asasi manusia atau keadilan sosial dapat menarik individu yang telah mencapai tingkat pemahaman moral yang lebih tinggi (misalnya, pada tahap 5 dan 6) untuk terlibat dalam perubahan sosial yang lebih besar.

 Kesimpulan

     Teori perkembangan moral Kohlberg menggambarkan bagaimana individu mengembangkan pemahaman mereka tentang moralitas melalui serangkaian tahap kognitif yang berurutan. Kohlberg menekankan bahwa perkembangan moral melibatkan proses berpikir yang lebih kompleks tentang keadilan dan hak individu, yang membentuk cara seseorang berinteraksi dengan dunia. Pemahaman tentang teori ini tidak hanya penting untuk psikologi perkembangan, tetapi juga dapat diterapkan dalam pendidikan, perubahan sosial, dan pengembangan pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun