Setiap manusia beriman yang menjalani hidupnya di jalan Allah tentunya mengharapkan ridho dari Allah SWT. Iman Islam dalam diri seorang muslim harus dibarengi dengan taqwa. Bila seorang muslim percaya dengan keberadaan Allah, maka tentunya ia takut kepada Allah. Itulah yang dinamakan taqwa.
Arti taqwa adalah menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Umat muslim yang menjalankan segala perintah Allah berarti taat dan patuh terhadap hukum Allah serta meninggalkan keraguan di dalam hati, dengan cara beramal sholeh sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunnah. Misalnya seseorang yang bertawa kepada Allah SWT. Dan seorang muslim yang bertaqwa akan menjauhi segala larangan Allah SWT, karna takut akan murka Allah serta adzab-Nya yang teramat pedih. Misalnya seseorang muslim yang mencari harta yang halal dan menjauhi harta yang haram.
Ketaqwaan kepada Allah akan mendatangkan rezeki bagi umat muslim. Allah juga akan melapangkan rizki bagi mereka yang bertaqwa. Kenikmatan dan kebaikan yang diberikan oleh Allah kepada umat yang beriman dan bertaqwa tidak hanya di dunia melainkan juga di akhirat kelak. Hal ini sesuai dalam firman Allah SWT yang artinya:
"Barang siapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka." (QS. At-Thalaq: 2-3). Ayat ini menjelaskan bahwa orang yang bertaqwa akan diberi rizki dari jalan yang tak terduga. Namun ayat itu tidak menunjukkan bahwa orang yang tidak bertaqwa tidak diberi rizki.Â
Orang yang kafir tetap diberi rizki meskipun rezeki itu diperoleh dengan cara yang haram ataupun dengan cara yang baik, bahkan memperolehnya dengan susah payah. Sedangkan orang yang bertaqwa, rizki yang mereka peroleh tidak mungkin dengan cara-cara yang haram, juga tidak mungkin dengan cara yang khobits (yang kotor-kotor). Seorang yang muslim yang bertaqwa tidak mungkin dihalangi dari rizki yang ia butuhkan. Ia hanya dihalangi dari materi dunia yang berlebih sebagai rahmat dan kebaikan padanya. Karena boleh jadi diluaskan rizkinya malah akan membahayakan dirinya, sedangkan disempitkannya rizki malah mungkin sebagai rahmat baginya, karena Allah lebih mengetahui mana yang terbaik untuk umat-Nya.
Yang telah dijelaskan dalam firman Allah berbunyi:
"Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatan mereka sendiri." (QS. Al-A'raf: 96)
Dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wa salam telah menjelaskan kepada kita dalam sebuah hadits yang artinya: Dari Jabir bin Abdullah r.a. berkata, Rasulullah SAW bersabda , "Wahai manusia, bertaqwalah kepada Allah dan berbuatlah baik dalam mencari harta karena sesungguhnya jiwa manusia tidak akan puas/mati hingga terpenuhi rezekinya walaupun ia telah mampu mengendalikannya (mengekangnya), maka bertaqwalah kepada Allah SWT dan berbuat baiklah dalam mencari harta, ambillah yang halal dan tinggalkan yang haram" (HR Ibnu Majah)
Berdasarkan hadits di atas dapat dijelaskan bahwa mencari harta menurut syari'at islam adalah suatu perkara yang menjadi perhatian manusia, sehingga tidak banyak manusia menjadi budak dunia yang bisa menyebabkan ibadah kepada Allah SWT berkurang. Yang perlu diingat bahwa seindah-indahnya harta yang dicari di dunia tidak akan ada manfaatnya tanpa diimbangi dengan kewajiban kita yang harus selalu bersyukur atas nikmat yang Allah SWT berikan kepada kita.
Sebagai manusia yang hidup di dunia ini hanya sementara, semestinya manusia itu tidak hanya mencari harta untuk dunia namun juga harus mencari harta untuk akhirat kelak. Seperti menyumbangkan sebagian hartanya untuk kepentingan tempat ibadah (rumah Allah); membayar zakat; menyantuni kaum dhuafa beserta anak yatim dan fakir miskin.
Dengan begitu Islam telah memberikan petunjuk yang sangat jelas dalam mengajarkan etika mencari harta baik di dunia dan di akhirat.
Dan Islam juga menjelaskan beberapa tingkatan dalam etika mencari harta, diantaranya sebagai berikut:
Pertama, Ilmu maksudnya setiap manusia harus mempunyai sebuah ilmu (pengetahuan) dimana ilmu tersebut nantinya akan menuntunnya dalam bermu'amalah.
Kedua, Taqwa maksudnya bahwa seseorang apapun profesinya harus memiliki ketaqwaan.
Selain syarat dalam etika mencari harta ada juga beberapa adab dalam etika mencari harta diantaranya sebagai berikut:
1.Bekerja dengan ikhlas karena Allah SWT
2.Bersungguh-sungguh dan tekun dalam mencari harta (bekerja)
3.Jujur, adil, dan amanah
4.Menjaga etika sebagai seorang Muslim
5.Tidak melanggar prinsip-prinsip syari'ah
6.Menghindari syubhat (perkara yang masih samar hukumnya, apakah halal atau haram)
Seorang yang sedang mencari harta harus faham betul mana yang haram, dan mana yang halal, karena halal dan haram adalah sesuatu yang sulit untuk dipisahkan, sesuatu yang halal akan menjadi baik bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu kita harus berhati-hati terhadap bahaya-bahaya dalam mencari harta di dunia ini, karena jika tidak berhati-hati dalam mencari harta akan mengakibatkan dampak negatif yang sangat besar, diantaranya dapat memusnahkan amal sholeh yang telah dilakukan. Sebagai seorang muslim seharusnya mengindari sifat-sifat buruk dalam mencari harta, sifat-sifat buruk tersebut diantaranya:
a.Hasad (Dengki)
b.Saling Bermusuhan
c.Berprasangka Buruk (Su'udzon)
d.Sombong
e.Namimah (Mengadu Domba)
f.Berbuat Curang
Dan ada salah satu fenomena yang sering terlalaikan dalam etika mencari harta ialah Riba. Riba menurut bahasa artinya ziyadah (tambahan). Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara umum dapat disimpulkan bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip muamalah dalam islam. Oleh karena itu, riba sangat dilarang oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW
Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengingatkan dalam firman-Nya:
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kami saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (QS. An-Nisa: 29)
Mohon maaf apabila dalam penulisan saya ada yang kurang benar dan kurang lengkap, hanya itu yang bisa saya sampaikan dalam artikel ini. Saya ucapkan terima kasih kepada anda yang menyempatkan membaca artikel saya ini. Semoga artikel ini bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H