Sudah seminggu berlalu. Dan selama seminggu itulah Anita mengalami rutinitas yang sama setiap pagi. Memeriksa notif pesan di HPnya, menunggu kabar, mengingat kata-kata penolakan, berusaha berdamai. Hanya  dia yang tau seberapa berantakan pikirannya.
"Kak Anita, hari ini kita mau main apa?" salah satu anak didiknya yang baru berusia tiga tahun menghampirinya. Mata jernihnya sanggup menarik Anita kembali ke kenyataan yang lain. Dia adalah guru TK yang harus selalu ceria menyambut murid-muridnya di sekolah.
"Hmmm. Hari ini kita akan belajar  tentang tanaman. Mas Biyan, sudah siap?" Anita duduk, mensejajarkan pandangannya dengan Biyan. Semoga dia tidak melihat apa-apa di mataku.Â
"Wah! Ayo, kak. Mau. Biyan sudah siap!" Biyan berlari menuju teman-temannya di lapangan sambil berteriak, "Teman-teman. Kak Anita bilang hari ini kita mau belajar tentang tanaman!"
Anita menatap mereka dari kejauhan. Ia tersenyum, Apakah mereka akan menolakku karena aku orang Madura? Pikiran itu segera memanggil gerombolan air mata untuk bersiap melompat dari matanya.
***
Tut...tut...tut...
"...Hhm?
"Kayaknya... kita..."
"......"
"Kita udahan... ya..."