Penasehat itu pun mengambil sebuah surat yang di gulung dan di ikat dengan benang wol cokelat dari dalam saku jubah putihnya, lalu memberikan kepada Miki menggunakan tangan kanan. '' ini. '' Miki lekas mengambil dengan tangan kanan juga. Penasehat mulai berkata lagi, ''kamu harus menaati perintahnya yang ada di surat itu, saya permisi sekarang. '' Ia pun pergi bersama dua ajudannya dari rumah Miki.Â
-------
Ketika di malam hari, Miki yang masih duduk di depan meja kerjanya yang ditemani sebuah lilin berdiri tegak di atas piring kecil terletak di pinggir meja. Mulai membuka gulungan surat itu kemudian mulai membaca yang ditulis oleh penasehat raja menggunakan tinta hitam.Â
Miki si tangan yang terampil, dan salah seorang aset kota yang kami miliki. Maukah kamu melaksanakan kehendak rajamu untuk membuatkannya sebuah tas tangan dari kulit Rusa? Sungguh, rajamu sangat gembira melihat rusa itu di hutan ketika ia sedang menikmati kesendiriannya tadi siang. Rusa itu berkeliaran di hutan, kamu harus menangkap dan mengambil kulitnya untuk digunakan sebagai bahan membuat tas, selain itu tanduknya menjadi aset perhiasan dinding istana. Laksanakan tugas ini Miki. Kamu tahu bagaimana tas yang di maksud rajamu, kamu sudah berpengalaman. Miki, kamu akan menerima upah dari kerajaan setelah pekerjaanmu selesai. Namun jika kamu gagal atau tidak ingin melakukan perintah ini, maka dengan terpaksa, pihak kerajaan akan meng-ilegalkan usahamu. Sama saja, kamu tidak bisa lagi berkarya di Kota Panikun.Â
Salam Penasehat Kerajaan.
Tentu Miki merasa tertantang akan adanya perintah wajib itu. Miki pun berpikir keras sehingga jidatnya nampak berkerut. ''Bagaimana aku bisa menangkap rusa itu, dengan apa? '' Miki pun teringat bahwa dia memiliki sebuah senapan angin di dapur rumahnya. Ia lekas berdiri lalu beranjak ke dapur sambil membawa lilin. Di dapur yang gelap itu, sekarang perlahan menjadi terang setelah Miki datang membawa lilin. Miki berhenti di depan lemari kayu, ia membuka pintu lemari dengan tangan kiri, dan senapan tersebut sedang tergantung di lemari. Miki berniat untuk melakukan pekerjaannya malam itu. Jadi dia lekas beranjak ke kamarnya mengambil sebuah jaket kain cokelat menggunakan tangan kiri yang tergantung pada pak. Lilin di tangannya sementara ia taruh di atas meja kayu di samping tempat tidur. Mengenakan sejenak jaket itu di depan cermin. '' Lebih cepat lebih baik. '' Ujar Miki mengobrol sendiri. Miki mengambil lentera kaca di atas meja, menghidupkan menggunakan korek kayu, sementara lilin itu ia tiup, seketika mati. Lilin tidak akan mampu dibawa keluar rumah, ketika angin cukup berhembus dingin. Sementara lentera yang memiliki kaca pelindung akan bertahan. Sembari membawa lentera di tangan kanan, miki beranjak ke dapur kembali, kemudian mengambil senapan tersebut. Ia mulai keluar rumah dari pintu belakang rumahnya. Menuju hutan, melewati jalan setapak yang sedikit becek.Â
'' Aku tidak pernah melihat rusa, '' Miki berkata sedikit bernada mengejek. '' Rusa itu seperti apa coba, apa dia bisa menggigit kayak anjing atau menyeruduk bagai kerbau? Raja ini ada - ada saja. Sekarang aku terpaksa berjalan malam - malam seperti ini, hanya mencari rusa. Menembaknya dan menyayat kulitnya. Huuuuh..... '' Miki sadar akan ucapannya sebenarnya, bila ada yang mendengar itu bahaya. Untungnya saja selama perjalanannya tidak ada seseorang yang membuntutinya.Â
Akhirnya tiba di dalam hutan yang cukup gelap. Penerangan hanya di siramkan oleh lentera yang dibawanya beserta cahaya bulan sabit bersama bintang - bintang di langit. Â Miki terus - menerus berjalan mengelilingi hutan tanpa henti, namun tidak juga menemukan rusa. '' Apa memang benar ada atau tidak rusa itu? '' Miki mulai capek sendiri mencari sesuatu yang tidak juga nampak. '' Jika aku berhenti sekarang, kemudian belum menemukannya bagaimana nasib pekerjaanku? Bagaimana mungkin dia menegaskan sesuatu yang sangat - sangat sulit untuk ditepati. '' Sontak kakinya berhenti dan mata Miki merekah, saat ketika kabut malam mulai menyelimuti hutan seluruh kawasan hutan tersebut. Dingin suasana hutan beserta udara tersebut begitu menusuk ke kulit, hingga leher Miki terasa kram. '' Aku kembali lagi besok, sekarang aku harus pergi. '' Miki tentu berlari dalam rasa merinding. Padahal di hutan itu tidak ada apapun, hanya diramaikan oleh suara jangkrik di semak - semak setinggi lutut kaki.Â
--------
Keesokan harinya, Miki pergi ke rumah ayahnya yang berada di desa kecil, berjarak sepuluh kilo dari Kota Panikun. Miki berniat untuk menjenguk ayahnya yang sedang demam ringan, namun terbaring di atas katil di kamar. Miki duduk di kursi kayu di samping katil dan menceritakan tentang perintah raja kepadanya. '' Ayah... aku tidak bisa menemukan rusa itu, apa memang benar dia tinggal di hutan atau itu cuma khayalannya saja. ''
Ayahnya berkata sambil tersenyum tipis. '' Raja tidak pernah berbohong atau asal bicara saja. Ayah mengenalnya. Dia orang yang jujur cuma keras kepala saja. Mungkin kamu tidak mungkin menangkap rusa itu, tapi kamu bisa mencari cara lain untuk menemukan solusi. Kamu bisa pergi ke istana, lalu bilang saja jika itu mustahil, pekerjaan yang mustahil. ''