Suatu hari
Aku menginjak ekor seseorang
Dia tidak melawan tapi menahan
Situasinya makin menyulitkan
Aku bernafas sesuai jalannya
Jalannya perlahan mengiringiku
Dalam ketergantungan
Sebenarnya kubetah padanya
Karena dia mengasihiku segenap hatinya
Suatu hari, aku merasa ada pada bayangannya
Bayangannya menyelimutiku
Sehingga dikepalaku terpenjara dimensi luar biasa
Ombaknya begitu kuat, itu sesuatu pengaruh
Pengaruhnya menjadi negatif
Di mana semakin jauh, semakin tersesat
Dan aku takut tidak bisa kembali
Sampai  hari kesalahan, duniawi
Telah membungkusku begitu pengap
Mengapa awalnya kumulai?
Mengapa aku bodoh? Menginjak ekornya
Kini kusadar, bahwa hanya ada mesin ketik
Energiku menuju permukaan,
Setelah melalui hujan es
Aku harus menulis
Menulis tentang semua kesulitan ini
Nafas, dengusan, helaan, ditelingaku
Dia adalah penyebab dan penyayang
Akhirnya, Â aku kembali
Mesin ketikku tak akan setega itu
Mesin ketik siap menjadi saksi
Mesin ketik Wajahmu selalu membayangiku
Sampai akhirnya aku lumpuh
Dia menjadi roda berkarat
Dalam perjalananku sementara ini
Dia membuatku kesulitan
kekasihku
Dan aku kembalinya pada mesin ketik
Bukan padamu...
Bukan padamu....
Kau sangat baik,
Tak akan tega Menginjak ekormu selamanya
Jadi biakan kumerenung dan menangis sendiri
Tebanglah pohon akasia
Dan kamu jangan beranjak dari tempat
Biarkan jatuh digubuk
Dimana saat itu aku mengetik
Mengetik sesuatu dalam gubuk
Kepastian yang sunyi, bayangan aneh
Kepahitan duniawi,
Kejujuran yang menjanggal
Aku telah melihat harimu
Harimu tak sebaik hariku
Aku tahu kau dipenuhi kebingungan danÂ
konspirasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H