Secara ideologis Pancasila telah selesai tanpa harus didiskusikan kembali. Akan tetapi, upaya pemahaman sebagai langkah awal mendalami nilai ideologinya masih belum diperhatikan. Pada level pemegang kebijakan pun belum mengoptimalkan program-program terpadu dalam menanamkan pemahaman Pancasila yang utuh dan berkelanjutan. Sementara yang ada hanya event sesaat atau sebatas deklarasi-deklarasi tertentu yang belum menyentuh dasar pemahaman.
Pada kurikulum setiap jenjang pendidikan hanya 2 jam perminggu (di perguruan tinggi hanya 2 SKS). Padahal hantaman nilai-nilai "ideologi" lain yang kurang "menyatu" dengan jiwa bangsa masuk ke alam bawah sadar generasi sekarang. Hantaman itu "ditayangkan" berbagai media lebih dari 2 jam setiap hari.Â
Misalnya, tontonan drama tertentu, kehidupan publik figur tertentu, dan blowing up kehidupan glamor seseorang, atau impressing management figur tertentu, dan lain sebagainya lebih menyatu ke dalam kesadaran mereka daripada pelajaran Pancasila di ruang kelas. Padahal, sebagian besar tayangan itu hanya mengajarkan kehidupan hedonistik dan jiwa silent majority (tidak peduli, alay, easy going) yang abai terhadap persoalan-persoalan bangsa yang lebih prinsipil.
Kita berharap, momen tahun ini menjadi titik balik kesadaran kita akan pentingnya Pancasila sebagai ideologi bernegara dan berbangsa. Kemudian, ke depan pemegang kebijakan perlu mengagendakan program-program khusus untuk memahamkan jiwa Pancasila dengan gaya yang akrab dengan generasi muda. Memang butuh waktu, namun jika tidak dimulai maka generasi bangsa ini kedepannya dalam berpancasila hanya ala kadarnya, tidak utuh dan tidak berkomitmen tinggi.
Generasi sekarang ini mungkin tidak sepenuhnya yang harus dijadikan sasaran tunjuk untuk "menanggung" beban dalam memahami Pancasila. Seluruh lapisan masyarakat, khususnya para pemimpin negeri ini, juga berkewajiban untuk memahaminya. Kenapa generasi muda yang ditonjolkan? Karena merekalah yang akan memimpin bangsa ini di masa yang akan datang.Â
Oleh karena itu, mereka harus diperhatikan, dan para pemimpin negeri ini lah yang harus memberi perhatian serta contoh-keteladannya. Ironisnya, justru sebagian para pemimpin lah yang berpancasila ala kadarnya. Tidak perlu diberikan contoh-contohnya, karena semuanya bisa disaksikan dari berbagai sumber informasi.
Harapan kita ke depan, jiwa dan semangat Pancasila dapat menjadi acuan dalam setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara secara utuh dan penuh komitmen oleh semua lapisan bangsa Indonesia tercinta ini. Semoga. Wallahu a'lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H