Terkenang masa berjuang sekolah dulu, mirip-mirip dengan situasi dan kondisi anak-anak santri ini,  jadinya perasaan haru memenuhi hati dan jiwa, melihat kesederhanaan  dan kebersahajaan anak-anak  santri  MA As'adiyah Sungai Nyamuk Sebatik.
Kekuatan menghadapi kerasnya kehidupan yang dihadapi anak-anak di perbatasan. Nampak sekali dari sikap mereka, karena ada rasa bersyukur dapat bersekolah, maka itulah kunci mereka jadi kuat menghadapi kerasnya kehidupan. Dengan rasa syukur, maka kegigihan menuntut ilmu sangat terpatri dari perilaku mereka.
Seorang santri bernama Sabrina, berkata, "Jangan selalu melihat ke atas, lihatlah ke bawah," tuturnya.
Renungan saya mengatakan ya Allaah, mereka tau situasi keluarganya hidup di perantauan, jangankan handphone, dokumen identitasnya (pasport) saja tidak ada. (Pembaca bisa klik! Emotion mata berkaca-kaca, kalau saya realitanya keluar sejenak dari kelas, dan....nangis).
Saya rasa harus lebih banyak lagi orang yang melek terhadap persoalan anak-anak di Perbatasan. Agar banyak anak-anak yang terbantu dalam mendapatkan kesamarataan di semua bidang kehidupan.
Ini hanya sebagian kisah saya, sehari semalam di MA As'adiyah Sungai Nyamuk Sebatik. Bila pembaca ingin menyaksikan keberadaan mereka di sana, maka datanglah melawat dengan membawa buah tangan untuk mereka. Yang punya daya dan harta, dapat membentangkan amal jariah disana.
"KONSULAT RI TAWAU"
(Foto bersama dengan Pejabat Konsulat Republik Indonesia (KRI) di Tawau,
8 November 2022)
Ketika tiba di Tawau, maka saya melihat Sisi menarik dari Tawau ini adalah pengembangan kota yang sangat baik, dengan memperhatikan konsep ekonomi, sosial, serta budayanya yang masih bernuansa Melayu. Tawau Salah satu daerah perkebunan di wilayah Malaysia.
Berada di negeri yang baru dikunjungi, sepanjang perjalanan disuguhi dengan pemandangan hijau dan bersih, nampak di tepian jalan terlihat ibu-ibu menanam dan memanen sayuran, menjemur pakaian, orang berjalan kaki, serta kegiatan lainnya.