Mohon tunggu...
Usniaty
Usniaty Mohon Tunggu... Jurnalis - Publisher

â–¡ Spesifikasi Komunikasi Massa, Publisher, Trampil menulis melalui berbagai flatform media, penulis, esai, sastra, artikel, dan penulis buku Ontologi Sastra Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sedih

21 Desember 2017   22:00 Diperbarui: 21 Desember 2017   22:18 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Biarlah memandang sebuah titik .

Diantara jutaan baris

Seperti basah hujan yng rintik

Tak ada lagi tangis

Di relung hati

Ketika diliputi buruk pekerti

Dan menulis sendu nurani

Membuang beban di dalam hati

Ternyata

Hanya jadi tumpuan pijakan

Ternyata

Hanya jadi hiasan keinginan

Bukan biasan pengasih

Bukan biasan penyayang

Bukan biasan pengayoman

Bukan perhatian

Hancur dan gelap didepan ku

Tiada cahaya

Tiada rupa menentramkan

Yang ada hanya biasan kepalsuan

Entah lah

Kenapa begitu duli tersungkur

Kenapa begitu duli sangat menghormatinya

Sampai ke haribaannya

Sedih sedih sedih

Sedih

Sedih

Sedih

Sedih

Sedih

Pergilah

Pergilah sejauh jauhnya

Dadaku serasa remuk

Bibirku bengkak sembab

Pergilah sedih

Tak ada gunanya kau tinggal

Kau hanya buatku makin hancur

Jadi...pergilah

Pergilah sejauh - jauhnya

Dadaku sesak kini

Tersiksa sendiri

Sementara 

Jiwa dimana.....

Tak ada apapun

Selain percaya bahwa besok pasti cerah..

Secerah cahaya mata hati.

Tandipau , 21.12.2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun