Mohon tunggu...
usniarr
usniarr Mohon Tunggu... Penulis - Blog

Yesterday was a lesson, today is a lesson, tomorrow will be a lesson too. Because Life is a Lessson.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bunga Cinta

25 Januari 2025   19:40 Diperbarui: 25 Januari 2025   19:39 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak! Tak! Tak!

Suara tempurung kelapa dipukul dari ujung timur sana. Abdi lah pelakunya. Dia seorang anak laki-laki yang berusia 9 tahun. Abdi memukul tempurung kelapa itu sekali lagi seraya berlarian di jalanan sempit yang membelah persawahan.

Matahari telah lelah menunjukkan dirinya dan menghilang dibalik arah barat. Abdi seakan mengejar matahari itu. Langkah kakinya makin lama makin cepat disertai bunyi tempurung yang semakin memekakkan telinga.

"Abdi! Pulanglah ke rumahmu, hari mulai petang." ucap Widya, seorang warga setempat yang berprofesi sebagai petani. Ia baru saja ingin pulang dan menjumpai Abdi berlari-lari sendirian.

Abdi tidak mendengarkan dan terus berlari keluar dari area persawahan. Kakinya tak beralas dan tanah kotor menempel di kuku kakinya. 

"Bocah nakal!"

Abdi membuang tempurung kelapanya di dekat pohon pisang. Ia berhenti sejenak menetralkan napasnya. Langit sudah mulai berwarna kemerahan dan beduk dipukul, adzan dikumandangkan dari mushola. Waktunya pulang, pikir Abdi.

Abdi memiliki kedua orang tua yang sibuk berdagang. Ibu dan Bapaknya akan menjual hasil perkebunan mereka di pasar, mereka juga memiliki usaha warung kelontong di desa dan saat panen tiba orang tua Abdi akan memanen jagung di sawah mereka sendiri. Bisa dibilang Abdi adalah anak yang berkecukupan namun karena kehidupan masa kecilnya yang diurus oleh neneknya membuat Abdi susah diatur. 

Kata warga, kenapa jarang pakai sandal? Baju compang camping, apa tidak dibelikan bapak ibukmu? Abdi hanya menjawab jika dirinya tidak ingin, ia hanya malas memakai pakaian bagus toh akan jelek juga saat dipakai bermain.

Anak seusianya memang susah diatur. Apa benar? Buktinya teman-temannya anteng saja menurut sama Ibunya. Memang anak itu saja yang susah diatur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun