Entah mengapa waktu itu sangat cepat berlalu, ya. Dihitung dari kemarin, Abdi sudah melewati satu hari sebelum kepergian Jameela. Abdi berlari cepat mengunjungi panti dan di sana sudah ada Jameela yang menunggunya di atas ayunan kayu di bawah pohon besar.
Abdi menghampirinya dan menutup kedua mata Jameela. Ia merasa bulu mata sedang berkedip mengenai telapak tangan kecilnya. Ia menahan tawa gelinya di belakang.
"Abdi, kunaon ih."
Abdi tertawa karena tertangkap basah. Mereka tertawa bersamaan dan setelahnya pergi berjalan-jalan menelusuri desa. Tak terasa mereka berjalan hingga ke desa sebelah, menempuh perjalanan yang lama namun tak terasa.
"Kalau besar kamu mau jadi apa, Abdi?"
"Tidak tahu, kamu?"
"Aku ingin menjadi guru."
Abdi mengangguk seraya mencabut bunga ilalang yang tampak indah di pinggir jalan itu. Ia membentuknya seperti hiasan kepala yang melingkar, terdapat bunga berwarna ungu yang mempercantiknya.Â
"Aku jadi pangeranmu saja." ucap Abdi sembari memasangkan hiasan itu di atas kepala Jameela.
Jameela tertawa menanggapinya. Ia  senang Abdi mengatakan itu dan lebih senangnya hiasan kepala yang diberikan sangatlah indah dan rapi.
"Wah, geulis pisan. Aku suka, makasih Abdi."