Mohon tunggu...
Usmar Hanafi
Usmar Hanafi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

perantau, pekerja sosial.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Joko Widodo dan Kisah Pinocchio

31 Agustus 2012   08:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:05 1163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anda tentu tahu betul kisah Pinocchio (Pinokio) yang ditulis oleh Carlo Collodi. Ya, boneka yang dibuat penuh kasih oleh seorang pemahat bernama Geppeto. Pinokio yang semula boneka bermimpi menjadi seorang manusia. Impiannya terwujud namun dia terlebih dulu mengalami serangkaian peristiwa yang menguji komitmennya untuk menjadi manusia.

Kisah Pinocchio tidak hanya dapat dinikmati lewat buku tapi juga dipindahkan ke film animasi oleh Walt Disney.

Bagi saya, Pinocchio adalah satu-satunya boneka yang paling beruntung. Dikatakan beruntung karena Pinokio berhasil menjadi manusia seutuhnya. Ia tidak hanya menjadi pengobat rindu bagi Gepeto yang benar-benar sangat ingin memiliki anak. Tapi terlebih itu Pinokio berhasil menjadi manusia yang mengerti akan kasih sayang, kejujuran dan komitmen.

Yang paling penting Pinokio tidak lagi sebuah boneka yang tidak memiliki kehendak bebas. Dia bisa menentukan apa yang baik dan buruk bagi dirinya, tanpa campur tangan dari pengendali boneka itu sendiri.

Cerita Pinokio sebenarnya sangat relevan dengan cerita Pilkada DKI Jakarta yang akan mencapai kulminasi pada 20 September nanti. Tuduhan Joko Widodo tak lebih sebuah boneka muncul karena adanya tuduhan Joko Widodo digunakan sebagai salah satu instrument bagi dedengkot Gerindra Prabowo Subijanto untuk mensukseskan pencalonan dirinya sebagai Presiden Republik Indonesia pada Pemilu 2014-2019.

Joko Widodo jika terpilih sebagai DKI 1 berpotensi besar akan dipinang sebagai Calon Wakil Presiden mendampingi mantan Jendral yang pernah tersangkut kasus HAM tersebut. Prabowo Subijanto sendiri terlihat malu-malu merespons isu tersebut. Ketika dikonfirmasi oleh wartawan soal tudingan tersebut dia hanya mengatakan singkat “Itu masih lama, masih lama,” ujarnya usai menghadiri open house di rumah Ketua Umum PDI-Perjuangan Megawati Soekarnoputri.

Walaupun terkesan malu-malu, sebenarnya adalah sebuah kemustahilan jika Prabowo tidak memilih Joko Widodo untuk kepentingan Pemilu 2014. Syamsuddin Haris, analis politik dari LIPI dalam blog miliknya mengatakan bisa jadi Pilkada DKI lewat pencalonan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama merupakan skenario uji coba yang dilakukan Prabowo.

Lewat tulisan yang juga ada di Harian Seputar Indonesia pada 16 Juli 2012, Syamsudin Harris mengatakan ada dua skenario yang hendak dilancarkan Prabowo. Pertama, uji coba koalisi atau kolaborasi politik antara PDIP dan Gerindra, yang hendak dilanjutkan kembali dalam Pilpres 2014 mendatang. Jika skenario uji coba ini benar, maka calon wakil presiden yang mendampingi Prabowo kelak diharapkan berasal dan atau diusung serta didukung oleh PDIP.

Kedua, uji coba atas strategi politik dan “nilai jual” Prabowo sendiri. Meskipun sumber dukungan bagi Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama mungkin sebagian besar berasal dari pesona Joko Widodo sebagai walikota yang berhasil dan merakyat, namun Prabowo tentu yakin bahwa sebagian suara bagi pasangan baju kotak-kotak berasal dari pendukung Prabowo, sosok purnawirawan bintang tiga yang kini menduduki ranking teratas elektabilitas capres 2014 versi beberapa lembaga survei.

Artinya, bagi Prabowo, kemenangan Joko Widodo – Basuki bukan semata-mata keberhasilan PDIP dan Gerindra, dua parpol pengusung pasangan tersebut, melainkan justru merupakan pertanda awal keberhasilan dirinya selaku arsitek pengusungan walikota dan mantan bupati tersebut.

Tuduhan Joko Widodo dijadikan sebagai kandidat Wakil Presiden juga muncul setelah adanya isu bahwa Joko Widodo tidak bisa menyepakati komitmen yang dibuat Partai Keadilan Sejahtera bagi Gubernur DKI 2012-2017. Salah satunya adalah komitmen untuk tetap menjabat dan memimpin DKI Jakarta selama masa jabatan berlangsung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun