Bang Kamin mencetus, “Sopir beko dia, kerjanya pindah-pindah.”
“Oh. Ekskavator.”
“Daripada ngontrak sendiri gak ada yang ngurusin, mending kawin. Tidur anget. Ada yang masakin, nyuci pakaian, masuk angin ada yang ngerokin, pegel-pegel ada yang mencetin.”
“Iya yah.”
“Saya jadi kenek, dikit-dikit belajar lama-lama bisa.”
Bang Darino menjadi tokoh sentral pada obrolan kami malam itu. Kami menjadi pendengar yang antusias menyimak kisah pengalamannya.
“Gaji mah gede kali yah?”
“Gaji saya delapan juta per hari.”
“Wow!”
“Per kubik tiga puluh lima ribu, per hari sekitar dua ratus tiga puluh kubik. Bayar karyawan dua orang sejuta, kasih istri sejuta, masuk kantong pribadi enam juta.”
Kami terperangah. Aku membayangkan, untuk mendapatkan penghasilan segitu aku harus bekerja dua bulan. Pantaslah, ketika sekali waktu dulu aku melihatnya melintas di jalan depan rumahku mengendarai Kawasaki Merzy, sepeda motor yang terbilang mahal saat itu.