Yang membuat aku nyaris tidak percaya, kabarnya dia tidak pernah sekolah. Hal itu diakui oleh beberapa orang yang lebih tua dari aku ketika itu. Hal itu pula yang kemudian membuat si Dasim, teman kami, tidak mau sekolah walau usianya telah memasuki empat belas tahun. “Bang Darino saja tidak sekolah!” elak si Dasim ketika disuruh mendaftar sekolah. Lain halnya bagiku, jika aku tidak sekolah sulit berharap bisa seperti dia. Di antara kami, anak-anak angon kerbau, tak ada yang tahu persis pekerjaan pemuda ganteng dan keren tersebut.
“Bagaimana kabar Bang, sehat?” aku memulai percakapan.
“Alhamdulillah.”
“Anak punya berapa Bang?”
“Banyak. Enam.”
“Bini?” cetus Jodi, temanku yang duduk di sampingnya.
“Empat, tapi sekarang satu.”
“Wih, bagaimana ceritanya itu.” Aku menelisik.
“Saya kawin kontrak.”
“Wah seru nih?”
“Di mana proyek, di situ dapat istri. Pindah proyek ganti istri.”