Mohon tunggu...
Usman D. Ganggang
Usman D. Ganggang Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan penulis

Berawal dari cerita, selanjutnya aku menulis tentang sesuatu, iya akhirnya tercipta sebuah simpulan, menulis adalah roh menuntaskan masalah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Angkuh, Itulah Gayamu!

3 September 2019   16:18 Diperbarui: 3 September 2019   16:35 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Uang untuk beli rokok dan kue?"

"Masih ada Abah!" gayanya kembali angkuh, lalu terus menghilang. 

Tetapi beberapa menit kemudian, dia datang lagi. "Ada apa tanyaku?' 

Pertanyaanku tidak dijawabnya. Sibuk membuka tas jnjingnya. Tapi tak beberapa lama kemudian,  kuperhatikan tangannya terlihat sibuk menarik-narik ujung rambut yang semula begitu rapi di keningnya. Aku pun paham, "Haem...gaya baru lagi ini", batinku.Pastilah, Uangnya sudah habis di dompet", batinku lagi. Karena itu, kusodorkan lembar ratusan. Dan segera dia ambil terus menghilang dari pandangan.Tidak ada ucapan terima kasih. Muncul lagi  gaya angkuhnya, tapi tidak pernah menunjukkan wajah marah kepada Abah atau kepada orang lain jika ada komunikasi. 

Ketika pulang, malah dia bawa dua bungkus dunhil serta white coffy. Tidak lupa kue ala Betawi. Lho, koq beli dua bungkus? "Terima aja Abah, ternyata uangku terselip dalam saku celana", jawabnya sambil menuju dapur. "Sudah mulai lagi gaya angkuhnya", batinku,  padahal sudah kuhitung uang yang diberikan pas untuk dua bungkus.

Ketika senja datang, dia mengajak ke mall Matahari di Pondok Gede. Begitu melihat mobil langsung kuajak dia naik. "Jalan kaki saja Abah, supaya sehat!", ajaknya sambil memegang tanyaku.Aku pun mengiyakan. Tetapi sekitar 100 meter, dia tahan mobil. "Masih jauh Abah!", desisnya. Akhirnya, kuikuti saja. "Muncul lagi gaya angkuhnya, tadi tidak mau, tapi sekarang malah tahan mobil", batinku.

Setiba di mall Matahari, dia ajak mengitari blok-blok dan gang. "Ah, panas Abah, kita istirahat dulu!" ajaknya. Tapi istirahatnya malah ajak ke restoran. "Abah lapar ya?" tanyanya sambil mengajak duduk. "Mulai lagi gaya angkuhnya! Berpura omong lapar, padahal dia sendiri yang lapar", batinku. Meski demikian, saya mengiyakan saja. "Makanan yang ringan saja , Abah!" ajaknya.

 Usai menikmati hidangan ringan, dia ajak melihat-lihat baju dan celana.

 "Mau beli baju Abah?" ajaknya. 

Saya diam sejenak,"Muncul lagi gaya angkuhnya!" batinku. 

Tetapi kemudian kujawab, biar dia puas, sebab kutahu, inilah gaya angkuhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun