Menghadapi Pemilu kedepannya, partai-partai peserta pemilu beserta para kandidatnya tidak bisa lagi terus bertahan pada orientasi kekuasaan karena pertarungan elektoral ditentukan oleh seberapa jauh memenangkan hati pemilih milenial dan generasi Z (Gen Z).
Gabungan suara milenial dan generasi Z diprediksi mencapai 70 persen dari total suara pemilih. Disadari atau tidak, kelompok milenial dan generasi Z menjadi penentu kemenangan pertarungan kompetisi elektoral.
Hasil survei tim Riset dan Analitik menunjukkan tingginya antusiasme kaum milenial (lahir tahun 1981-1996) dan generasi Z (lahir tahun 1997-2012) untuk mengikuti Pemilihan kedepannya. Sebanyak 86,7 persen menyatakan bersedia untuk berpartisipasi pada pemilu. Sementara 10,7 persen masih menimbang dan 2,6 persen lainnya menolak mengikuti ajang elektoral tersebut (dirilis 8 April 2022).
Lebih dari separuh Gen Z punya harapan pada lembaga ini untuk menguatkan kinerja. Hasil ini menunjukkan bahwa Gen Z tidak lagi mengikuti tren pemilih emosional dan transaksional.
Hasil survei Aksara Research and Consulting (dirilis 21 Desember 2022) menunjukkan kecenderungan yang sama. Antusiasme untuk berpartisipasi dalam Pemilihan kedepannya cukup tinggi.
Karena itu, pemilih dari kelompok milenial dan Gen Z pada dasarnya memiliki karakter yang berbeda dengan pemilih emosional ataupun pemilih transaksional. Meski tidak persis, mereka cenderung lebih dekat dengan pemilih rasional ketimbang pemilih emosional dan pemilih transaksional.
Karena itu, partai peserta pemilu dan kandidat tak bisa lagi mempertahankan politik kekuasaan dalam pertarungan kompetisi elektoral.
Karena itu, partai politik peserta pemilu serta kandidat tak bisa lagi mempertahankan politik kekuasaan dalam pertarungan kompetisi elektoral. Harus ada upaya serius untuk beralih ke politik gagasan yang mengedepankan agenda politik pembangunan ke depan yang spesifik dan terukur.
Parpol peserta pemilu dan kandidat tidak bisa lagi hanya menjawab pertanyaan "bagaimana memenangi pertarungan elektoral", tetapi juga harus mampu menjawab pertanyaan "bagaimana kekuasaan diawasi dan untuk siapa kekuasaan dikelola". Jawaban parpol dan kandidat akan menentukan ke mana arah pilihan kelompok milenial dan Gen Z akan berlabuh. Kehadiran kelompok milenial dan Gen Z sebagai pemilih terbesar merupakan tantangan yang tidak bisa ditolak.
Generasi milenial dan generasi Z memiliki karakter yang jauh berbeda dengan generasi sebelumnya. Generasi milenial dan generasi Z mulai bisa melepaskan diri dari ikatan-ikatan primordial yang membelenggu pemilih emosional; mereka juga berani menolak politik uang yang menjadi basis pemilih transaksional. Mereka relatif lebih terbuka, kritis, dan inovatif sehingga parpol harus ambil ancang-ancang strategis untuk memenangkan hati generasi milenial dan generasi Z.
Saatnya parpol dan kandidat melakukan pembaruan radikal menghadapi perubahan ini. Jika tidak, mereka akan ditinggalkan generasi milenial dan generasi Z!