Mohon tunggu...
Usman Bone
Usman Bone Mohon Tunggu... Buruh - Buruh, Kuli, Pembantu

Kumpulan Cerita Pendek, Cerita Rakyat Puisi, Tokoh dan Sosok

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Ingin Jadi Bobby, Kucing Kesayangan Prabowo

6 November 2024   19:53 Diperbarui: 7 November 2024   05:47 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Obrolan kami akhirnya berlanjut sepanjang hari itu, dan aku tahu bahwa Ranggong sedang menghadapi masa sulit. Kami sama-sama belum mendapatkan pekerjaan tetap, dan hanya mengandalkan pekerjaan sampingan yang bayarannya tidak seberapa. Tekanan dari keluarga dan lingkungan juga semakin besar---mereka ingin melihat kami sukses dan mandiri, namun perjalanan menuju hal itu terasa jauh dan sulit.

Beberapa hari kemudian, Ranggong mengirim pesan lagi. Kali ini, isinya lebih serius. "Ubeng, kalau kamu juga merasa penat, gimana kalau kita buat daftar hal-hal yang bisa bikin kita bahagia, hal-hal kecil yang bisa kita lakukan? Mungkin itu bisa sedikit bantu kita untuk nggak terlalu terbebani."

Aku menyetujui ide itu. Kami mulai membuat daftar kecil-kecilan tentang hal-hal sederhana yang bisa membawa kebahagiaan. Mulai dari hal-hal sepele seperti menikmati kopi pagi tanpa tergesa-gesa, menonton film favorit, atau sekadar jalan-jalan di taman saat senja. Dalam daftar itu juga ada rencana untuk kembali ke alam, jauh dari hiruk-pikuk kota. Ranggong menyebut ini sebagai "melepaskan beban hidup."

Seiring waktu, kami benar-benar mencoba menerapkan hal-hal yang ada dalam daftar tersebut. Kami belajar untuk lebih menghargai momen kecil, merayakan setiap pencapaian, sekecil apa pun itu. Ternyata, kebahagiaan itu memang tidak selalu datang dari hal besar; sering kali, kebahagiaan hadir dari kesederhanaan, dari momen-momen yang mungkin terlihat remeh.

Suatu hari, Ranggong mengirimiku foto dirinya sedang duduk di taman kota sambil membaca buku. Di bawah fotonya, ia menulis pesan singkat, "Ubeng, mungkin kita nggak akan pernah jadi Bobby, tapi aku sadar, kita masih bisa menikmati hidup dengan cara kita sendiri."

Pesan itu membuatku tersenyum. Ranggong sudah mulai menerima kenyataan bahwa hidup memang penuh tantangan, tapi itu bukan berarti kita harus menyerah. Dari obrolan tentang menjadi Bobby, kami justru belajar tentang pentingnya menjalani hidup dengan penuh kesadaran dan kebahagiaan, meskipun dalam kesederhanaan.

Kini, setiap kali kami merasa lelah dan mulai tertekan, kami ingatkan satu sama lain untuk kembali ke daftar kebahagiaan kecil yang sudah kami buat. Kadang, kami tetap bercanda soal "menjadi Bobby" ketika beban hidup terasa terlalu berat, tapi di balik canda itu, kami tahu bahwa kami harus menghadapi kenyataan dan terus berjuang.

Akhirnya, aku sadar bahwa bukan kemewahan atau hidup tanpa tanggung jawab yang membuat kita bahagia. Kebahagiaan sebenarnya adalah kemampuan untuk menikmati setiap momen, menerima setiap tantangan, dan tetap berusaha, meski jalannya tidak selalu mudah. Ranggong dan aku akhirnya paham, meski kami bukan Bobby, kami tetap bisa menemukan kebahagiaan dalam hidup yang sederhana dan penuh makna

NB : Ini hanya fiksi, gak benar, mohon maaf dengan isinya 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun