CERITA PENDEK --Â Suatu siang yang tenang setelah sholat Dzuhur, saya bergegas ke kantor dengan motor tua yang sudah menjadi teman setia, meskipun agak "unik" sifatnya. Setiap kali menanjak, motor ini perlu trik khusus---tarik gas sedikit saja tanpa henti, tapi juga harus siap-siap ngerem jika gas diturunkan. Jika tidak, motor bisa langsung meluncur sendiri! Maklum, motor ini saya beli seharga tiga jutaan dari seorang teman. Bukan motor baru, tapi cukup buat kendaraan harian dari kontrakan dan kantor serta sesekali bareng anak istri ke pasar belanja sayur.
Setibanya di kantor, saya langsung mengerjakan materi untuk presentasi yang akan saya sampaikan kepada seorang rekan yang mengajak saya bergabung di sebuah kegiatan. Setelah selesai dan mengirimkan materi tersebut lewat WhatsApp, saya membuka Facebook untuk melihat kabar terkini dari sosok Abang Calon Wakil Gubernur Sulteng namanya Abdul Karim Aljufri, dia mendampingi Calon Gubernur yang bernama Ahmad Ali dengan selogan Satukan Sulteng dengan Beramal.
Saya melihat unggahan calon Wakil Gubernur Sulawesi Tengah, Abdul Karim Aljufri, yang akrab dipanggil Bang AKA. Setiap hari, saya biasa mengikuti status-statusnya sebagai bahan rujukan untuk press release. Hari ini, unggahan di laman Facebook Bang AKA menampilkan tulisan dari seorang pendukung setia bernama Zulfikar Muchtar Tahuru.
Bang AKA membagikan ulang postingan Zulfikar dengan caption singkat, "Terima Kasih Bro." Postingan Zulfikar terlihat penuh emosi dan alasan-alasan mendalam mengapa ia mendukung Bang AKA dalam Pilgub Sulteng. Di dalam postingannya, Zulfikar menyampaikan bagaimana dukungannya kepada Bang AKA bukan hanya soal loyalitas, tetapi juga tentang harapan untuk masa depan Sulteng yang lebih baik. "Rasional, konkrit, teknokratik," begitu katanya.
Saya merenungkan setiap kalimat dalam postingan Zulfikar. Ia menulis bahwa dukungannya didasari atas alasan yang logis dan nyata, serta kepercayaan terhadap sosok Bang AKA yang bisa membawa suara rakyat kecil hingga ke telinga Presiden Prabowo Subianto. Hubungan antara Bang AKA dan Prabowo yang diibaratkan sebagai hubungan "bapak-anak" menjadi poin yang ditekankan oleh Zulfikar sebagai keunggulan yang jarang dimiliki kandidat lain.
Bagi Zulfikar, dukungannya kepada Bang AKA bukan hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi juga demi keluarga besar dan masyarakat Sulawesi Tengah yang butuh perubahan. Ia bahkan mengatakan bahwa pilihannya ini bukan hanya untuk Bang AKA sebagai individu, tetapi untuk seluruh rakyat Sulteng, baik yang mendukung maupun tidak.
Membaca tulisan ini membuat saya tersenyum. Saya sadar, di balik setiap kampanye dan slogan politik, ada harapan-harapan kecil yang besar maknanya bagi orang-orang seperti Zulfikar---harapan bahwa pemimpin yang didukung bisa benar-benar membawa perubahan nyata. Catatan saya untuk hari ini, sederhana namun penuh arti: dukungan itu bukan hanya soal siapa yang dipilih, tetapi tentang bagaimana seorang pemimpin bisa membawa aspirasi dan cita-cita rakyat kecil yang kadang terlupakan.
Begini Postingannya lengkapnya.
Kok Bang AkaÂ
"Orang-orang Sulteng bertanya ke saya kenapa saya semilitan itu mendukung Abdul Karim Aljufrie di Pilkada ini. Yang kebingungan, saya. Hehehe. Masalahnya, saya tidak merasa militan, tapi mungkin saya adalah pemilih yang rasional, konkrit dan teknokratik. Anda tidak mengerti, kan? Hehehe. Maap kalau saya jelaskan satu per satu ya. Rasional = menggunakan akal. Konkrit = nyata/ada/betulan. Teknokratik = memikirkan secara teknis.
Sederhana saja kenapa saya mendukung bang AKA secara penuh. Pertama, karena saya pengurus Partai GERINDRA besutan Prabowo Subianto. Jadi wajar kalau saya mendukung atasan saya, yaitu Bang AKA. Kedua, umur saya belum 40-an. Saya merasa terwakili oleh Bang AKA yang tidak jauh usianya daripada saya.
Ketiga, saya asal Sulteng maka menjadi wajar bila saya akan mendukung orang yang mengenal diri saya yang berefek positif pad keluarga saya yang belum punya akses karena kami semua adalah masyarakat kecil. Keempat, di negara ini dan juga berbagai negara besar lainnya, yang mengatur anggaran adalah presiden. Nah, presiden kita namanya Prabowo Subianto. Hanya Bang AKA yang bisa berbicara dengan Prabowo ibarat bapak-anak.
AKA bila jadi wagub Sulteng bisa kita "pakai" berbicara atas nama provinsi ini dan bicaranya tentang nasib rakyat kecil di Sulteng kepada Presiden Indonesia Prabowo Subianto. Hubungan "bapak-anak" itu yang tidak dimiliki oleh siapa pun di Sulteng ini kecuali para mentri RI dari Sulteng yang juga pasti mendukung bang AKA.
Jadi, sekali lagi, saya dan keluarga besar saya yang sebagian besar mau mendengarkan saya (mungkin karena saya punya gelar akademik S2, hehehe) pasti akan mencoblos Bang AKA. Bukan untuk dia, tapi untuk seluruh rakyat Sultenh baik yang memilih Bang AKA maupun yang tidak memilih Bang aKA. Semoga Bang AKA sehat selalu ....,"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H