Mohon tunggu...
USMAN HERMAWAN
USMAN HERMAWAN Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA

Belajar menebar kebaiakan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kepulangan Sarwiti

10 Oktober 2022   11:18 Diperbarui: 12 Juni 2024   06:01 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jumadil tak mau kalah dan tak mau diikutcampuri. Keduanya sampai saling menggebrak meja. Sarwiti di dalam rumah menggigil ketakutan.

"Saya tidak mau bertaggung jawab kalau kamu masuk neraka!" bentak Ustaz Zaenudin seraya meninggalkan rumah Jumadil.

"Kalau ustaz tidak percaya silakan temui guru saya. Berdebatlah dengan dia sepuasnya."

Esok harinya Sarwiti menemui Ustaz Zaenudin. Dia meminta maaf atas kekasaran sikap suaminya. Sarwiti pun tak  mau lagi mengingatkan Jumadil. Dia khawatir kembali mendapat tamparan seperti yang sudah-sudah.

Jumadil bergabung dengan komunitas yang diketuai Ustaz Abu Muhaimin, pengajar di majelis taklim di masjid yayasan tadi. 

Bahkan Jumadil kerap datang ke rumahnya  untuk menanyakan masalah-masalah keagamaan. Jumadil juga kerap hadir pada berbagai kegiatan warga blok XL. Seolah dia telah jadi warga komplek perumahan. 

Seiring waktu, di Kampung Angin tak ada lagi teman yang sefrekuensi. Ketika pamannya meninggal dunia pun Jumadil hanya bertakziah dan mengikuti salat jenazah, tapi tidak menghadiri acara tahlilan yang digelar tujuh malam. 

Meskipun tidak meminta izin tapi juga tidak dilarang, Sarwiti tetap datang setiap malam untuk membantu-bantu menyiapkan konsumsi bagi para jamaah. 

Sementara itu Jumadil tetap dengan pekerjaannya sehari-hari sebagai juru parkir di pasar. Pakaian atasan yang dikenakannya pun tetap, baju biasa atau kaos, tapi celananya berubah ngatung, sekitar sejengkal dari telapak kaki. 

Akibat adanya perbedaan paham, di lingkungan rumahnya Jumadil jadi terkucil. Bahkan petugas pemungut iuran kematian, pengantar surat undangan hajatan, panitia hari peringatan hari besar Islam, dan ketua RT enggan mendatangi rumahnya. 

Pembagian daging kurban dari masjid jamik yang datang ke semua rumah warga, tidak sampai ke dapur Sarwiti. Namun Jumadil mendapatkannya dari komunitas barunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun