Mohon tunggu...
Uswatul Fitriyah Osadi
Uswatul Fitriyah Osadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Instagram @pesan.us

I'm happy, hurting and healing at the same time..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kancil Mengalahkan Raja Hutan

7 Mei 2016   20:08 Diperbarui: 7 Mei 2016   20:09 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada musim kemarau, siang hari itu panas sekali. Sinar matahari sangatlah menyengat.

Di tengah hutan, si Kancil sedang berjalan-jalan untuk mencari makan karena seharian ini perut si Kancil belum terisi oleh makanan sedikit pun, musim kemarau membuat kancil sangat kesusahan untuk mencari makan “Hari ini panas sekali, sedangkan perutku ini tidak henti-hentinya berteriak minta makan”. Tapi si Kancil tetap berjalan kesana kemari, barang kali ketika ditengah perjalanan Kancil menemukan makanan.

Di tengah perjalanan tiba-tiba muncul Singa dari seberang jalan, Kancil kaget dan sangatlah ketakutan, Kancil langsung melarikan diri dari Singa. Singa itu langsung mengejarnya, akan tetapi Singa telah kehilangan jejak si Kancil, karena Kancil bersembunyi disemak-semak pinggir sungai.

“Kancil, kau dimana?”. Singa berjalan dan tetap mencari disekitar jalan yang dilewati oleh si Kancil, tetapi pencariannya terhenti karena tetap tidak menemukan si Kancil. Tiba-tiba terdengar suara “Kraaak....!!!” Bunyi tersebut berasal dari semak-semak tempat si Kancil bersembunyi. Seketika Singa langsung mendekati sumber suara tersebut dan tenyata Kancil ada disana, si Kancil langsung melarikan diri kembali.

Melihat si Kancil berlari, seketika Singa memanggilnya “Kancil, kau jangan lari lagi? Aku tidak akan menyakitimu bahkan memakanmu”.

Kancil tetap berlari sekuat tenaga, “Hai Kancil, berhentilah berlari...??” ujar Singa.

“Tidak!! Aku tidak akan pernah berhenti!!” jawab si Kancil “Karena kau pasti akan memakanku” sambung si Kancil yang tetap belari.

“Percayalah Kancil, aku tidak akan memakanmu karena tubuhmu yang kecil itu tidak akan membuat perutku kenyang” Singa membalas ucapan si Kancil.

“Kau pasti berbohong, aku tidak akan pernah mempercayaimu”

“Berhentilah Kancil, aku hanya ingin meminta bantuanmu karena ekorku yang terluka ini” ujar Singa.

Perlahan si Kancil mulai memeperlambat larinya dan berkata “Baiklah, apa jaminannya kalau kau memang tidak berbohong kepadaku dan tidak akan memakanku”

“Agar kau mempercayaiku, berhentilah berlari dan lihatlah sendiri ekorku ini yang terluka parah ini” Jawab Singa.

Karena mendengar perkataan sang Singa sambil bersedih, si Kancil pun mulai menghentikan larinya, karena merasa iba dan kasian melihat sang Singa yang memohon-mohon kepadanya. Kemudian Singa mendekati si Kancil, Kancil pun mendekati Singa. Akan tetapi, tenyata sang Singa membohongi Kancil, sebenarnya ekor Singa itu tidak terluka sama sekali, sebab apabila si Kancil tidak dibohongi, dia tidak akan mau berhenti dan akan terus melarikan diri dari tangkapannya.

“Sekarang kau tidak akan bisa melarikan diri lagi, hahaaa akulah Raja Hutan disini dan siapapun harus tunduk dengan perintahku!!!”

“Kau harus jadi santapanku sekarang” Ujar sang singa, sambil mencengkarm si Kancil.

Lalu sebisa mungkin si Kancil melepaskan cengkraman dari Singa dan mencoba berlari sekencang mungkin yang dia bisa. Perkataan yang diucapkan oleh Singa hanyalah untuk membujuk si Kancil agar mau mendekatinya dan Kancil sadar bahwa dia telah ditipu oleh Raja Hutan tersebut. Karena si Kancil adalah hewan yang cerdik, dia mencari akal agar dapat terlepas dari cengkraman sang Raja Hutan.

“Kalau memang kau ingin memakanku tunjukkanlah kehebatanmu sebagai Raja Hutan disini” ucap si Kancil, “Karena, sebenarnya kau bukan satu-satunya Raja Hutan disini” lanjut si Kancil.

“Apa maksudmu Kancil!! Dimana ada Raja Hutan selain diriku yang hebat ini” Hentak sang Singa, Singa semakin marah dan ingin sekali secepatnya memakan si Kancil.

“Di seberang sungai tadi, aku bertemu dengan Raja Hutan yang lebih gagah dan kuat selain dirimu, dia juga ingin memakanku tapi karena aku dapat melarikan diri maka aku tidak jadi dimakannya”

“Jadi, sebelum kau memakanku, kau harus mengalahkan Singa yang ada disebelah seberang sungai terlebih dulu” lanjut si Kancil.

“Dimana? Tunjukkan tempat Singa itu berada!!”

“aku akan mengalahkannya sebelum aku memakanmu” Singa semakin marah dan mendorong si Kancil agar secepatnya menunjukaan jalan tepat Singa yang dimaksud.

“Aku sudah tidak sabar lagi mengalahkan dia” lanjut Singa.

“ikutlah denganku, Singa”

Si Kancil jalan terlebih dahulu dan Singa ada dibelakang mengikutinya. Setelah berjalan cukup lama. Akhirnya sampailah tempat yang dimaksud oleh Kancil yaitu Goa.

“Disitulah tempat seekor Singa yang hendak memakanku, di dalam Goa itu ada seekor Singa yang aku maksud dari tadi” Sambil menunjukkan Goa, “Masuklah kedalam, maka kamu akan menemukan seekor Singa didalam Goa itu” Kata si Kancil.

Seketika Singa mendekati Goa tersebut dan meraung cukup keras “Auuuunnggg........!!!” saat itu juga terdengar raungan dari dalam, sepertinya Singa didalam Goa juga membalas raungannya. Karena sang Singa semakin marah, Singa pun meraung kembali sekeras mungkin dan tetap terulang kembali suara yang terdengar dari dalam Goa. “Auuuuuunnggg.......!!!”

Singa langsung berlari masuk kedalam Goa mencari Singa yang membalas raungannya tersebut dan ternyata didalam Goa tidak ada Singa lain selain dirinya sendiri. Suara raungan yang terdengar hanyalah pantulan dari gema suaranya sendiri. Sedangkan, sang Singa tidak dapat menemukan jalan keluar dari Goa itu, akhirnya Singa terjebak didalam Goa dan tidak dapat keluar dalam Goa karena perbuatannya sendiri.

Itulah akibatnya yang suka berbohong

Dia akan mendapat balasan dan menerima hukuman

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun