Mohon tunggu...
Usep Saeful Kamal
Usep Saeful Kamal Mohon Tunggu... Human Resources - Mengalir seperti air

Peminat masalah sosial, politik dan keagamaan. Tinggal di Depok.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjadi Pendidik di Rumah

3 Mei 2020   14:12 Diperbarui: 3 Mei 2020   14:24 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis kira, pengalaman kita sebagai orang tua ditengan pandemi Covid-19 ini adalah peluang dan kesempatan yang tak ternilai harganya. Menjadikan rumah menjalankan tiga fungsi utama sebagai tempat tinggal, tempat kerja dan tempat pendidikan anak-anak seyognyanya dapat lebih mendekatkan orang tua dan anak-anak secara psikologis.

Menciptakan suasana pendidikan di rumah memang tidak semudah membalikkan telapak tangan, butuh helaan nafas yang panjang. Bila kita orang tua tidak bisa mengelola emosi satu sama lain bisa-bisa WFH ini membuat kita stres tak berujung, percekcokan-percekcokan tidak bisa dihentikan dan ujung-ujungnya harmon keluarga akan terganggu.

Bukan Nilai Angka

Proses dan suasana pendidikan sejatinya membawa pengaruh pada perkembangan potensi seseorang (insani). Potensi insani (human potencial) beraneka ragam, diantaranya kecerdasan (intelligence) dan daya inovasi, karena pengaruhnya sangat besar dalam menentukan kualitas kehidupan seseorang di tengah-tengah masyarakat.

Para ahli menyatakan bahwa manusia memiliki banyak jenis kecerdasan. Namun secara ilmiah dapat diidentifikasikan tujuh jenis kecerdasan, yaitu: kecerdasan linguistik, kecerdasan logika-matematikal, kecerdasan musikal, kecerdasan ruang (spatial), kecerdasan kenestika-raga, kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal.

Penulis kira, yang menjadi basis terbentuknya karakter seseorang adalah kecerdasan intrapersonal dan sebagian kecerdasan intrerpersonal. Disamping itu, daya inovasi dibutuhkan dalam kerangka mentransformasikan kecerdasan secara kreatif sehingga menciptakan manfaat atau nilai bagi yang bersangkutan dan masyarakat luas.

Daya inovasi inilah yang mengaktualisasikan kecerdasan dalam konteks tertentu. Aktualisasi ini bisa termanifestasi dalam bentuk jasa, produk, sistem, kebijakan, regulasi (UU, perda pendidikan), lembaga, cara pendekatan, paradigma, pengetahuan dan teknologi baru yang berorientasi meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Atas dasar itu, tidak berlebihan kiranya bila penulis berpendapat bahwa ada tiga hal yang sangat kritis yang akan mempengaruhi keberhasilan perubahan ini, antara lain: Pertama, Perubahan cara pandang (mindset) dari pendidikan untuk pengembangan sumber daya manusia menjadi pendidikan untuk pengembangan manusia seutuhnya. Tidak terlalu mengadalkan sekolah diantaranya.

Kedua, kualitas dan penghargaan terhadap guru. Transformasi pendidikan memerlukan investasi besar-besaran dalam meningkatkan mutu para guru, dan pemberian penghargaan yang pantas bagi para guru. Disamping itu, menghargai kinerja mereka dalam bentuk meningkatkan kesejahteraannya menjadi salah satu indikator penting. Hingga kini penulis hakulyakin bahwa apapun sistem kurikulumnya, kuncinya ada pada guru.

Ketiga, perubahan sistem manajemen. Manajemen pendidikan kita  masih didominasi oleh para birokrat yang justeru memperlambat perubahan. Cengkraman birokrasi yang lebih mengutamakan kepatuhan diatas kreativitas dan prestasi perlu dicairkan dengan meningkatkan peran masyarakat, pendidik dan orang tua dalam manajemen pendidikan di sekolah-sekolah. Homescholing adalah salah satu model pendidikan yang diterapkan sebagai respons atas gejala tadi.

Pengalaman berbulan-bulan ditengah pandemi Covid-19 ini paling tidak semua orang tua telah menerapkan apa yang disebut homescholing, disadari atau tidak. Pendidikan sejatinya bukan hanya tanggung jawab negara, birokrasi, bahkan sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun