Mohon tunggu...
Usep Saeful Kamal
Usep Saeful Kamal Mohon Tunggu... Human Resources - Mengalir seperti air

Peminat masalah sosial, politik dan keagamaan. Tinggal di Depok.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bangun Harmoni Dunia ala PKB dan CDI

30 Januari 2020   17:33 Diperbarui: 30 Januari 2020   17:41 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjuangan yang dilakukan Gus Dur terkait Humanitarian Islam di Indonesia adalah bagian dari "perlawanan" terhadap dunia barat yang tidak berhenti mendiskreditkan Islam. Imaji negatif tentang Islam masif dilakukan oleh insan pers, sarjana, politisi dan para orientalis pasca runtuhnya komunisme di Uni Soviet tahun 1991.

Parahnya lagi, Imaji negatif Islam yang didengungkan tak jarang dirahkan kepada titik konfrontasi antara barat dengan Islam itu sendiri. Wajar bila kemudian Samuael P. Huntington dalam tesisnya The Clash of Civilization menyebut bahwa relasi Barat dengan Islam tak lebih dari sekadar konflik dan konfrontasi.

Penulis kira, tesis itu semakin menguatkan asumsi para orientalis bahwa Islam sebagai agresi dan ancaman. Ditambah dengan pemberian stereotif "Islam Fanatik", Islam Militan", "Islam Pundamenalis" dan lainnya. Inilah upaya Barat membangun imaji negatif Islam di seluruh dunia.

Gus Dur bukan hanya anugerah bagi bangsa Indonesia, tetapi bagi umat Islam dunia. Betapa tidak, imaji negatif Barat terhadap Islam perlahan beliau kikis dengan praktek-praktek humanitarian Islam. Tak heran bila beliau kemudian dikenal sebagai refresentasi muslim yang toleran dan inklusif dimata dunia.

New York Times, 21-10-1999 mengulas berita tentang pernyataan Ilmuwan Amerika Prof. James Clad: "Gus Dur sebagai pemimpin yang Muslim yang toleran, pejuang HAM, dan bukan pada tempatnya fundamentalisme bisa tumbuh di Indonesia, Islam di Indonesia tidak akan tumbuh secara ekstrem-ortodok".

Masih ingat kunjungan Gus Dur ke AS dan Eropa bertemu Bill Clinton, Tony Blair, Carlo Aseglio Ciampi, Massimo D'Alema, Paus Johannes Paulus II dan lain-lain dulu. Kepiawaian diplomasi Gus Dur mampu menjungkirbalikkan persepsi Barat terhadap Islam yang selalu negatif kala itu.

Sudah menjadi rahasia umum bila Gus Dur adalah pengamal setia teologi inklusif. Baginya suatu inklusivitas kebenaran agama seantiasa harus memancar keluar, ke berbagai agama. Wajahnya selalu plural bahkan tidak tunggal.

Lebih dari itu, melalui Gus Dur, demokrasi sebagai term Barat dikenalkan kepada Muslim untuk memahami hakikat substansialnya kemudian menerapkannya kedalam sistem politik modern tanpa mengorbankan sistem keyakinan yang dianut masing-masing. Walhasil, wajah Indonesia yang berpenduduk mayoritas Muslim menjadi demokratis. Tidak seperti yang dipersepsikan Barat, cenderung tidak demokratis

Bangun Harmoni Dunia

Kembali kepada aliansi internasional yang dibangun Gus Muhaimin melaui Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan CDI. Bila dahulu jejaring Gus Dur dalam konteks menebar nilai toleransi, pluralisme, inklusifme dan lainya sebagai wujud Humanitarian Islam atau Islam Rahmatan Lil'alamin belum terlalu kuat. Kini Gus Muhaimin akan meguatkan frekuensinya dengan membangun jejaring yang lebih luas dan tema yang lebih luas pula.

Penulis kira, Gus Muhaimin layak disebut orang kedua setelah Gus Dur dalam konteks ikhtiar dan perjuangannya merawat harmoni dunia ditengah berbagai persoalan yang mengarah kepada perpecahan diberbagai kawasan dengan PKB sebagai "alat" memperluas dan memperkuat jejaringnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun