Mohon tunggu...
Usep Saeful Kamal
Usep Saeful Kamal Mohon Tunggu... Human Resources - Mengalir seperti air

Peminat masalah sosial, politik dan keagamaan. Tinggal di Depok.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Cak Imin "The Real Panglima Santri" untuk Kiai

13 Agustus 2018   16:26 Diperbarui: 17 Januari 2019   11:44 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Deklarasi Jokowi -- KH. Ma'ruf Amin (JOIN) sebagai Capres dan Cawapres untuk Pilpres 2019 tempo hari boleh jadi sebagai bantahan atas kata "ambisius" yang dialamatkan kepada Cak Imin dari para haters atau pembenci-nya.

Tidak menghilang keheranan penulis atas segala perilaku sumir terhadap Cak Imin selama ini. Semua yang dilakukan beliau selama ini tak lebih hanya sebagai bagian dari ikhtiar kuatnya untuk senantiasa menjaga marwah dan mengangkat derajat kaum santri.

Selalin itu, apa yang dilakukan Cak Imin selama ini penulis kira sebagai bagian dari khidmah beliau terhadap NU melalui kerja-kerja sosial bahkan politik yang ujungnya tentu berorientasi pada perbaikan kehidupan warga Nahdliyin baik melaui pendidikan, keagamaan, ekonomi, dan sosial yang ia perjuangkan melalui Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Raihan suara PKB 11 juta lebih dan 1.474 kursi anggota legislatif mulai dari DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kab/Kota pada 2014 tentu berdampak positif bagi kemajuan jam'iyyah NU di berbagai wilayah, bahkan di pelosok-pelosok pedesaan. Tak heran bila status masyarakat bawah pun perlahan beranjak menjadi masyarakat kelas menengah.

Mengahdapi Pemilu dan Pilpres 2019, mulai dari akhir tahun 2017 Cak Imin gencar mendirikan Posko Cak Imin untuk Indonesia (C1NTA) dan telah berdiri ribuan posko yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Itu murni atas inisiatif para relawan dan simpastisan.

Lebih dari itu, Cak Imin telah mendirikan ribuan posko Jokowi -- Muhaimin (JOIN) sebagai wujud komitmen dan ikhtiarnya yang tersebar di seluruh pelosok nusantara. Tidak berhenti disitu, baligo-baligo mulai dari ukuran kecil hingga berukuran besar terpasang mulai dari pelosok desa hingga pusat-pusat ibu kota. Itupun atas inisiatif dan biaya para simpatisan.

Anehnya, segala ikhtiar Cak Imin tersebut direspons oleh sebagian kecil kalangan dengan nada sinis, bahkan sinisme itu muncul dari beberapa kalangan NU. Padahal, NU adalah rumah besar bagi Cak Imin dalam menempa segala komitmen, loyalitas, kemampuannya dan keahliannya sehingga membentuk karakter pribadinya disamping beliau sebagai cicit pendiri NU itu sendiri.

Meski mendapatkan segala cibiran negatif yang ditujukan kepadanya, Cak Imin sama sekali tidak pernah meresponnya dengan cibiran yang sama. Bahkan atas keluhuran budinya, beliau melarang semua kadernya di PKB untuk tidak melakukan tindakan negatif terhadap pada haters-nya.

Namun dengan demikian, segala ikhtiar Cak Imin membuahkan hasil dengan trend selalu naiknya popularitas dan elektabilitas PKB maupun personal Cak Imin hingga tembus ke peringkat empat sebagaimana hasil survei lembaga survei papan atas di negeri ini.

Boleh jadi karena fakta inilah segala cibiran terus diarahkan kepada Cak Imin supaya elektabillitas dirinya dan PKB yang dipimpinnya tidak terus-terusan naik bahkan menyalip partai-partai kelas atas. Bisa berabe rupanya!

Yang nampak elok, Cak Imin membantah segala tuduhan yang diarahkan kepadanya itu dengan tanpa menyatakan statement-statement, tetapi melalui tindakan nyata dengan memberi jalan hingga terpilihnya KH. Ma'ruf Amin hingga menjadi Cawapres pilihan Jokowi. Meski demikian, masih saja tak luput dari cibiran.

The Real Panglima

Panglima adalah diksi yang sengaja  penulis pilih dalam bagian tulisan ini meski kesannya sangat militeristik. Secara harafiah dalam istilah militer, panglima adalah seseorang yang mempunyai wewenang komando operasional militer untuk menggerakkan pasukan atau alat negara.

Dalam konteks tulisan ini kata panglima disandingkan dengan kata santri, kira-kira maknanya seseorang dengan kemampuan dan keahliannya karena hubungan batin memiliki kemampuan menggerakkan segala sumber daya santri yang ada.

Istilah panglima santri telah ditahbiskan kepada Cak Imin yang dianggap memiliki kapasitas dan kecerdasan menggiring santri pada maqam yang mulia selain dihadapan pencipta, mulia juga dihadapan sesama makhluk-Nya.

Dalam perspektif ini, titel panglima santri yang disematkan terhadap Cak Imin pada tanggal 5 November 2017 yang lalu sebagai bagian dari apresiasi bahwa beliau merupakan salah satu politisi yang dinilai berhasil memperjuangkan penetapan hari santri nasional yang jatuh pada setiap tanggal 28 Oktober.

Selain itu, Cak Imin dianggap telah memberikan kontribusi nyata terhadap perkembangan dunia pondok pesantren yang selama ini masih menjadi institusi yang termarjinalkan dibanding dengan institusi pendidikan umum. Padahal sejatinya pesantren sebagai kawah candradimuka revolusi mental.

Bagi Cak Imin, santri dituntut berkontribusi nyata terhadap pembangunan bangsa ini, baik dari aspek moral maupun spiritual. Santri  harus terus berjuang agar Indonesia lebih baik sehingga santri tidak dianggap sebagai kelas dua terus.

Cak Imin sebagai santri sekaligus sebagai bagian utuh dari pesantren sangat faham bahwa dari rahim pesantren banyak melahirkan sejumlah ulama besar. Lebih dari itu, kontribusi kiai sangat jelas terhadap perjuangan bangsa ini, mulai dari zaman penjajahan hingga zaman now.

Suka atau tidak, Cak Imin telah menghantarkan kesadaran santri pada kondisi memiliki konfidensi atau rasa percaya diri tampil pada semua level kehidupan. Terbukti, santri kita memiliki kemampuan yang tidak kalah pintar dengan generasi seusianya dari negara lain.

Selanjutnya, disematkannya titel panglima santri kepada Cak Imin merupakan upaya mulia kaum nahdliyin dalam mebentengi generasi milenial atas pengaruh ideologi luar yang cenderung akan mencerabut jasa para ulama.

Diakui atau tidak, nilai nasionalisme terus menerus diperjuangakan para ulama atau kiai NU, jerih payahnyapun tidak sedikit untuk bangsa Indonesia yang sangat besar ini. Pada saat yang sama ia telah merawat religiusitas masyarakat supaya tidak berkurang kesuburannya dalam wujud cinta tanah air adalah bagian dari Iman.

Tidak mudah menyematkan kata santri pada diri seseorang, apalagi diberi embel-embel panglima santri. Ia harus memenuhi prasyarat, diantaranya: pertama.memiliki komitmen kuat menjaga keutuhan NKRI melalui amaliyah keagamaan yang menjungjung tinggi budaya dan kearifan lokal.

Kedua, memiliki komitmen terus menjaga nilai-nilai Islam Nusantara baik melalui pemikiran, gerakan maupun organisasi yang memiliki korelasi dengan ekspresi keagamaan umat muslim dalam wujud sikap tawassuth, tawazun, tasamuh dan i'tidal.

Benteng Kiai

Islam moderat merupakan pemikiran dan praktik yang terus menerus diwariskan kiai NU hingga kini, dimana arus konservatisme beragama senantiasa tidak perah surut menggerus ideologi Aswaja sebagai ideologi utama warga nahdliyin hingga detik ini.

Sebagai buktinya bahwa terus-menerus mencuatnya kecenderungan yang hendak membakukan pemahaman keagamaan. Hal ini tentu berakibat pada penyangkaran pemikiran keagamaan dalam ruang pengap bahkan menafikan realitas yang terus menerus berubah.

Wajar bila pengembangan pemikiran keagamaan yang moderat selalu dicitrakan kepada NU secara jam'iyyah terhadap jama'ahnya. Penulis kira, karena NU selalu memakai logika continuity and change (kesinambungan dan perubahan) sehingga asas penyesuaian diri dengan aman terus dipraktikkan.

Walhasil, santri memiliki tanggung jawab menjadi benteng kiai NU dalam hal: pertama, merawat tradisi lama yang baik dan relevan dan mengadaptasi temuan baru yang lebih baik dan relevan pula sesuai kaidah almuhafadatu 'ala qadimi shalih wal akhdu biljadidil ashlah.

Kedua, bahwa gerakan demokratisasi di Indonesia memerlukan dukunga wacana agama, maka santri wajib menjadi benteng kiai melalui pengembangan wacana Islam moderat sebagai pendukung utama tegaknya demokrasi di Indonesia.

Ketiga, santri wajib bentengi kiai dalam mencegah menjamurnya pemahaman keagamaan yang mengarah pada prilaku radikalisme agama yang senantiasa tak henti-hentinya mengempur keutuhan NKRI dari segala penjuru mata angin.

Suka tidak suka, radikalisme agama begitu nampak telanjang akhir-akhir ini sebagai akibat pembungkaman dan dijinakkan oleh rezim orde baru yang cenderung militeristik. Hari ini seolah mereka mendapatkan momentumnya untuk kembangkan pemahaman agama yang ekslusif serta tak jarang merasa diri paling benar dan yang lain pendosa.

Keempat, santri berkewajiban bentengi kiai dalam melawan segala upaya formalisasi agama dalam dunia politik. Kasus Ahok tentu menjadi bukti nyata betapa agama tak lebih hanya dijadikan kendaraan politik oleh pihak tertentu yang "haus" kekuasaan.

Fenomena terganggunya harmonisasi kehidupan berbaangsa dan bernegara kita akhir-akhir ini sebagai akibat dari hubungan agama dan politik yang sengaja diciptakan artifisial dan manipulatif, padahal sesungguhnya ia sangat suci, tanpa noda 'sahwat' politik.

Kelima, santri berkewajiban bentengi kiai dalam hal berjuang menjadikan agama sebagai moral-etik dalam kehidupan politik. Sehingga terhindar dari upaya peminggiran terhadap kelompok tertentu, penyeragaman kebenaran dan upaya negatif lainnya berbungkus agama.

'Ala kulli hal, fardlu 'ain hukumnya bagi santri menjadikan agama sebagai panduan moral-etik dalam berpolitik, terlebih hari-hari ini menghadapi hajat politik Pemilu dan Pipres 2019 yang sudah mulai dipenuhi dengan intrik.

Tugas Panglima Santri tentu sangat berat ditengah gempuran "politisasi agama" yang amunusinya tidak pernah habis diarahkan kepada NU sebagai gudangnya santri dan kiai moderat dan egaliter. Ditambah masifnya hegemoni media sosial yang tak henti menebar fundalmentalisme dan ekstimisme agama. Jokowi -- KH. Ma'ruf Amin (JOIN) adalah bukti Cak Imin "is the real panglima santri".

Penulis adalah peminat masalah sosial, politik dan keagamaan. Tinggal di Depok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun