The Real Panglima
Panglima adalah diksi yang sengaja  penulis pilih dalam bagian tulisan ini meski kesannya sangat militeristik. Secara harafiah dalam istilah militer, panglima adalah seseorang yang mempunyai wewenang komando operasional militer untuk menggerakkan pasukan atau alat negara.
Dalam konteks tulisan ini kata panglima disandingkan dengan kata santri, kira-kira maknanya seseorang dengan kemampuan dan keahliannya karena hubungan batin memiliki kemampuan menggerakkan segala sumber daya santri yang ada.
Istilah panglima santri telah ditahbiskan kepada Cak Imin yang dianggap memiliki kapasitas dan kecerdasan menggiring santri pada maqam yang mulia selain dihadapan pencipta, mulia juga dihadapan sesama makhluk-Nya.
Dalam perspektif ini, titel panglima santri yang disematkan terhadap Cak Imin pada tanggal 5 November 2017 yang lalu sebagai bagian dari apresiasi bahwa beliau merupakan salah satu politisi yang dinilai berhasil memperjuangkan penetapan hari santri nasional yang jatuh pada setiap tanggal 28 Oktober.
Selain itu, Cak Imin dianggap telah memberikan kontribusi nyata terhadap perkembangan dunia pondok pesantren yang selama ini masih menjadi institusi yang termarjinalkan dibanding dengan institusi pendidikan umum. Padahal sejatinya pesantren sebagai kawah candradimuka revolusi mental.
Bagi Cak Imin, santri dituntut berkontribusi nyata terhadap pembangunan bangsa ini, baik dari aspek moral maupun spiritual. Santri  harus terus berjuang agar Indonesia lebih baik sehingga santri tidak dianggap sebagai kelas dua terus.
Cak Imin sebagai santri sekaligus sebagai bagian utuh dari pesantren sangat faham bahwa dari rahim pesantren banyak melahirkan sejumlah ulama besar. Lebih dari itu, kontribusi kiai sangat jelas terhadap perjuangan bangsa ini, mulai dari zaman penjajahan hingga zaman now.
Suka atau tidak, Cak Imin telah menghantarkan kesadaran santri pada kondisi memiliki konfidensi atau rasa percaya diri tampil pada semua level kehidupan. Terbukti, santri kita memiliki kemampuan yang tidak kalah pintar dengan generasi seusianya dari negara lain.
Selanjutnya, disematkannya titel panglima santri kepada Cak Imin merupakan upaya mulia kaum nahdliyin dalam mebentengi generasi milenial atas pengaruh ideologi luar yang cenderung akan mencerabut jasa para ulama.
Diakui atau tidak, nilai nasionalisme terus menerus diperjuangakan para ulama atau kiai NU, jerih payahnyapun tidak sedikit untuk bangsa Indonesia yang sangat besar ini. Pada saat yang sama ia telah merawat religiusitas masyarakat supaya tidak berkurang kesuburannya dalam wujud cinta tanah air adalah bagian dari Iman.