Transformasi yang dimaksud diarahkan pada "pembangunan manusia" sehingga perbedaan bukan lagi sebagai hambatan dalam merekatkan persamaan kita sebagai manusia. Walhasil, pendekatan sosio kultural yang pluralistik terhdap bangunan demokrasi menjadi semakin kokoh.
Pada konteks itu, sungguh relevan dengan situasi masyarakat sekarang ini yang tengah menjalani tahun politik. Ikhtiar mengubah sikap permusuhan menjadi kerja sama dan saling menghormati satu sama lain adalah sebuah keniscayaan.
Selanjutnya, menyingkirkan segal aupaya politisasi agama yang akhir-akhir ini memasuki titik mengkhawatirkan. Padahal semestinya agama ditempatkan pada maqom mulia sebagai nilai yang universal.
Poin-poin inilah penulis kira yang melatari dan menguatkan tekad Laskar Santri untuk bertemu Cak Imin dan memberikan madat menjadi pengelola negara. Mereka tentu bertekad akan mendengar dan taat setiap perintah Cak Imin sang Panglimanya.
Penulis adalah peminat masalah sosial, politik dan keagamaan. Tinggal di Depok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H