Mohon tunggu...
Usep Saeful Kamal
Usep Saeful Kamal Mohon Tunggu... Human Resources - Mengalir seperti air

Peminat masalah sosial, politik dan keagamaan. Tinggal di Depok.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

20 Tahun PKB dan Tangan Dingin Cak Imin

22 Juli 2018   12:19 Diperbarui: 23 Juli 2018   10:45 987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.pictaram.one/hashtag/Pemimpin

Masih membekas dimemori kepala penulis terkait masa-masa kelahiran Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), tepat 20 tahun lalu penulis dan santri Pondok Pesantren Nurul Hasanah kala itu alami masa-masa ‘riweuh’ menyambut lahirnya partai baru.

Pondok kami berada tidak jauh dari pondok pesantren Cipasung di Desa Cipakat Kec. Singaparna Kab. Tasikmalaya, ya kurang lebih berjarak 100 meter. Terkait persoalan kehidupan masyarakat dan berbangsa kiai kami KH. Oban Hidayat selalu sam’an wa tha’atan kepada almaghfurlah KH. Moh. Ilyas Ruhiat pengasuh ponpes Cipasung kala itu.

Tahun 1996 penulis mulai mondok di pesantren itu dan sekolah di Madrasah Aliyah Negeri Cipasung. Menjelang akhir tahun 1996 penulis mengalami hiruk pikuk terjadinya kerusuhan Tasikmalaya dan ternyata menjadi berita heboh dan menjadi headline koran nasional.

Karena kala itu belum ngerti politik, ternyata kerusuhan Tasikmalaya itu ditenggarai sebagai benih-benih tumbangnya rezim orde baru dengan Soeharto sebagai simbolnya. Karena persis setahun berikutnya akan dilaksanakan hajatan politik lima tahunan, yakni pada tanggal 29 Mei 1997.

Menjelang pemilu tahun 1997, penulis bersama santri lainnya mengalami masa-masa transisi peralihan orde baru menuju orde reformasi. Benih-benih kerusuhan Tasikmalaya tahun 1996 masih belum mati, bahkan berlanjut ke masa-masa kampanye partai politik.

Pemilu yang hanya diikuti tiga partai itu, yakni: Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Golongan Karya (Golkar) dan Partai Demokrasi Indonesia. Ponpes Cipasung yang kala itu masih Golkar, pernah mengalami lemparan batu dari sejumlah masa kampanye PPP. Nyaris terjadi rusuh masa susulan, karena disaat bersamaan kedua partai itu melakukan kampanye.

Rupanya pemilu 1997 itu merupakan kali terkahir bagi penguasa rezim Orde Baru meskipun Golkar kala itu masih memenangi Pemilu. Pada saat yang sama rupanya telah muncul gerakan-gerakan perlawanan terhadap “kelaliman” rezim Soeharto yang telah berkuasa 32 tahun.

Di tahun itu, kami santripun seolah memiliki acara favorit baru di televisi, yakni berita politik. Setiap kali  usai makan sore di dapur umum, kami pun selalu memadati rumah warga yang rela rumahnya dijadikan tempat nonton televisi.

Pembicaraan masalah politik pun setiap hari nampaknya menyaingi masalah lain seputar pelajaran kitab kuning dan pelajaran lainnya di pondok. Endingnya, tanggal 21 Mei 1998 kami pun bersorak soray usai saksikan layar televisi terkait Presiden Soeharto mengundurkan diri.

Terjadilah pergantian kepemimpinan nasional oleh BJ. Habibi yang kemudian diberikan mandat konstitusi untuk menyelenggarakan Pemilu pada tahun 1998. Walhasil, Ponpes Cipasung dan pesantren sekitarnya yang tadinya Golkar, beralih mempersiapkan berganti baju Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Masih tersimpan dimemori penulis, isu pembubaran partai Golkar sebagai bagian tak terpisahkan dari rezim orde baru terus menggelora ditengah masyarakat, meski melahirkan pro dan kontra, termasuk ditengah santri. Entah atas dorongan siapa, beberapa santri yang sudah memiliki hak pilih terlibat perdebatan apakah ikut kampanye Golkar atau ikut kampanye partai lain.

Kelahiran PKB

Tahun 1998 adalah tahun-tahun sibuk bagi santri di Ponpes Cipasung, pondok terdekat dan masyarakat sekitaranya. Kesibukan itu ditandai dengan meningkatnya aktifitas politik warga termasuk santri menjelang perhelatan Pemilu 1999 yang merupakan pemilu perdana diera reformasi.

Kala itu tersiar kabar dari kiai kami, bahwa Almaghfurlah KH. Moh. Ilyas Ruhiat telah mendeklarasikan partai baru di Ciganjur kediaman Gus Dur, yakni PKB. Penulis yang kala itu kelas 2 aliyah terpancing semangat, boleh jadi karena resmi akan menperoleh hak pilih pada pemilu.

lama berselang, beberapa hari berikutnya ada perintah dari kiai Cipasung melalui kiai kami terkait ajakan mensukseskan deklarasi PKB yang akan diselenggarakan di Tasikmalaya. Dengan demikian, kami pun diperintah untuk melakukan segala persiapan terkait intruksi itu.

Teman satu kamar penulis, Apep Imanudin namanya. Ia memiliki keahlian keterampilan menyablon yang didapatkan secara otodidak. Tak heran bila kamar kami pun setiap hari selalu bau cat sablon.

Gayung bersambut, keterampilannya pun ternyata bermanfaat kala itu. Seingat penulis, kekerjaan pertamanya adalah mebuat logo PKB yang dibuat dalam sebuah screen berukuran lumayan besar untuk bahan cetak pada kaos dan kain putih yang akan dijadikan bendera PKB.

Sambil percobaan, kami woro-woro kepada santri barangkali ada yang memiliki kaos polos dan berminat untuk dicetakkan logo PKB. Hasilnya, memancing animo para santri, satu persatu mendatangi tempat yang kami sediakan dilantai paling atas area jemuran asrama, bahkan ada yang rela baju kokonya dicetak logo PKB.

Harinya tiba, rombongan santri pondok kami pun bergabung dengan santri Cipasung dan sekitarnya menuju Lapangan Dadaha Kota Tasikmalaya. Keberankatan kami layaknya konvoi kampanye partai politik yang ditandai dengan kibaran bendera PKB oleh para santri disetiap mobil truk yang mebawanya.

Setibanya dilokasi, tak lama kami diarahkan untuk merapat pada sebuah panggung yang sudah dipadati ribuan orang yang mengenakan pakaian dan atribut PKB. Yang menghibur kami kala itu adalah Hetty Koes Endang dengan menyanyikan lagu dangdut “Terlena” yang sedang hits waktu itu.

Usai lantunan musik dangdut, terdengar sayup suara MC yang menyebutkan, “selanjutnya kita sambut Bapak Matori Abdul Jalil dan rombongan pengurus DPP PKB”. Usai Pak Matori pidato, kemudian dilangsungkan deklarasi PKB disertai dengan pelantikan pengurus DPC PKB Kab. Tasikmalaya.

‘Ala kulli hal, menjelang pelaksanaan Pemilu 1999 setelah masa kampanye usai dan kami para santri terlibat sebagai masa kampanye PKB. Karena diliburkan, santri yang sudah memiliki hak pilih pun diperintah pulang ke kampungnya masing-masing untuk mencoblos PKB.

Usai ikuti pencoblosan Pemilu pada tanggal 7 Juni 1999 di kampung masing-masing, kami pun kembali pulang ke pondok dengan saling cerita terkait pengalaman pertama kali memasuki bilik suara pada pelaksanaan pemilu. Lagi-lagi berita televisi yang ditunggu-tunggu adalah siaran Pemilu 1999, khususnya terkait hasil perolehan suara partai peserta pemilu yang berjumlah 48 partai politik. Walhasil, ada empat partai yang menjadi 4 besar pemenang Pemilu, yakni: PDIP, Golkar, PPP dan PKB dengan raihan 13.336.982 suar. Lebih dari itu Gus Dur jadi Presiden.

PKB dan Cak Imin

Tahun 2008 adalah ujian terbesar bagi PKB, tetapi PKB pimpinan Cak Imin tak hilang semangat, langsung move on dan berlari kencang hadapi pemilu 2009 yang hanya kurang dari satu tahun. Beruntung PKB masih bisa selamatkan 5.146.122 suara dan raih 27 kursi di DPR.

Meski demikian, PKB saat itu menjadi penentu kemenangan SBY yang akhirnya menjadi presiden untuk periode kedua Berkat kelihaian Cak Imin. Hasilnya, PKB pun mendapat dua kursi di Kabinet Indonesia Bersatu II: Cak Imin sebagai Menakertras dan Helmy Faisal menteri PDT.

Posisi dua menteri PKB di kabinet SBY II dimanfaatkan betul oleh Cak Imin sebagai top leader sehingga menghadapi pemilu 2014 PKB lebih siap karena penataan pengurus sisa-sisa dualisme kepemimpinan sudah pulih.

Jelang Pileg dan Pilpres 2014, tangan dingin Cak Imin pun membuahkan hasil. Mesin partai yang sudah tidak “aus” lagi beroperasi dengan baik. Segala manuver Cak Imin memberi efek elektoral terhadap PKB ditengah gegap gempita kompetitor yang berkelindan dengan stasiun TV nasional. Bahkan ada pengamat yang bilang itu efek Cak Imin “manfaatkan” Roma Irama, padahal sebenarnya tidak juga.

Hasilnya, pada Pemilu 2014 PKB raih 11.298.957 suara dengan 47 kursi DPR naik 100 persen dan nyaris mengembalikan suara PKB pada pemilu 1999 yakni 13.336.982 suara dengan raihan 51 kursi DPR. Selain itu, PKB bersama Cak Imin lagi-lagi menjadi penentu kemenangan pasangan Jokowi – JK menjadi Presiden dan wakilnya ditengah genpuran isu SARA yang dihembuskan pihak lawan melalui koran obor selebaran gelap lainnya. PKB, NU dan Cak Imin menjadi pemeran utama melawan serangan itu.

Atas komiten PKB dibawah komando Cak Imin bersama Jokowi – JK, akhirnya PKB mendapat empat kursi menteri, yakni Menpora, Menristekdikti, Menaker, dan Menteri Desa. Walhasil, memberikan efek positif pada penantaan struktur PKB hingga tingkat ranting di desa-desa.

Fakta itu, membuat PKB semkin confident menghadapi Pemilu 2019 yang kurang dari satu tahun lagi. Mesin PKB sudah mulai hangat dan siap digerakkan oleh Cak Imin Sang Pemimpin menuju PKB menjadi nomor satu.

Lebih dari itu, Cak Imin mampu mentranformasikan bahwa PKB adalah NU, tali sinergi diantara keduanya terus dijaga eratnya, terbukti hasilnya pada pemilu 2014 yang lalu. Kuatnya ikatan PKB dan NU itu menegaskan bahwa PKB berjuang atas risalah Islam. Ujungnya PKB adalah tameng utama Nasionalisme bangsa ini, hubbul wathon minal iman terus digelorakan bersama NU dalam merawat utuhnya NKRI.

Melaui tangan dingin Cak Imin, PKB hari ini menjadi corong utama kekuatan nasionalis-religius sungguhnya, karena ia bersama NU senantiasa istiqomah menjaga kedua nilai itu tetap tumbuh subu sekaligus counter attack atas segala ideologi yang merongrong keutuhan NKRI.

Terakhir, Cak Imin mampu merubah image PKB menjadi partai modern dengan menerapkan kolektifitas kepemimpinan. Semua individu diberi peran sesuai dengan kapasitasnya masing-masing, sehingga manajemen PKB pun nampak lebih maju.

Segala kreatifitas dan inovasi Cak Imin menjadikan PKB hari menjadi partai kelas atas tentu bukan lahir atas ambisi bahkan nafsu pribadi, tetapi atas wasiat kiai pendiri NU dan pejuang kemerdekaan bangsa ini mewujudkan kemaslahatan bagi warga PKB yang mayoritas warga nahdlyin. Selamat ulang tahun PKB ke-20!

Penulis adalah peminat masalah sosial, politik dan keagamaan. Tinggal di Depok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun