Kelahiran PKB
Tahun 1998 adalah tahun-tahun sibuk bagi santri di Ponpes Cipasung, pondok terdekat dan masyarakat sekitaranya. Kesibukan itu ditandai dengan meningkatnya aktifitas politik warga termasuk santri menjelang perhelatan Pemilu 1999 yang merupakan pemilu perdana diera reformasi.
Kala itu tersiar kabar dari kiai kami, bahwa Almaghfurlah KH. Moh. Ilyas Ruhiat telah mendeklarasikan partai baru di Ciganjur kediaman Gus Dur, yakni PKB. Penulis yang kala itu kelas 2 aliyah terpancing semangat, boleh jadi karena resmi akan menperoleh hak pilih pada pemilu.
lama berselang, beberapa hari berikutnya ada perintah dari kiai Cipasung melalui kiai kami terkait ajakan mensukseskan deklarasi PKB yang akan diselenggarakan di Tasikmalaya. Dengan demikian, kami pun diperintah untuk melakukan segala persiapan terkait intruksi itu.
Teman satu kamar penulis, Apep Imanudin namanya. Ia memiliki keahlian keterampilan menyablon yang didapatkan secara otodidak. Tak heran bila kamar kami pun setiap hari selalu bau cat sablon.
Gayung bersambut, keterampilannya pun ternyata bermanfaat kala itu. Seingat penulis, kekerjaan pertamanya adalah mebuat logo PKB yang dibuat dalam sebuah screen berukuran lumayan besar untuk bahan cetak pada kaos dan kain putih yang akan dijadikan bendera PKB.
Sambil percobaan, kami woro-woro kepada santri barangkali ada yang memiliki kaos polos dan berminat untuk dicetakkan logo PKB. Hasilnya, memancing animo para santri, satu persatu mendatangi tempat yang kami sediakan dilantai paling atas area jemuran asrama, bahkan ada yang rela baju kokonya dicetak logo PKB.
Harinya tiba, rombongan santri pondok kami pun bergabung dengan santri Cipasung dan sekitarnya menuju Lapangan Dadaha Kota Tasikmalaya. Keberankatan kami layaknya konvoi kampanye partai politik yang ditandai dengan kibaran bendera PKB oleh para santri disetiap mobil truk yang mebawanya.
Setibanya dilokasi, tak lama kami diarahkan untuk merapat pada sebuah panggung yang sudah dipadati ribuan orang yang mengenakan pakaian dan atribut PKB. Yang menghibur kami kala itu adalah Hetty Koes Endang dengan menyanyikan lagu dangdut “Terlena” yang sedang hits waktu itu.
Usai lantunan musik dangdut, terdengar sayup suara MC yang menyebutkan, “selanjutnya kita sambut Bapak Matori Abdul Jalil dan rombongan pengurus DPP PKB”. Usai Pak Matori pidato, kemudian dilangsungkan deklarasi PKB disertai dengan pelantikan pengurus DPC PKB Kab. Tasikmalaya.
‘Ala kulli hal, menjelang pelaksanaan Pemilu 1999 setelah masa kampanye usai dan kami para santri terlibat sebagai masa kampanye PKB. Karena diliburkan, santri yang sudah memiliki hak pilih pun diperintah pulang ke kampungnya masing-masing untuk mencoblos PKB.