Tidak berlebihan kiranya bila penulis menganggap bahwa kealifan politik Soekarno dan Gus Dur menjadi kekayaan "rohani" politik Cak Imin sekarang. Wabilkhusus ditengah-tengah hiruk pikuk politik nasional kita menghadapi Pemilu 2019.
Meski sebagian orang menganggap manuver Cak Imin hari ini sebagai bagian dari ambisi politiknya, bagi penulis justeru bukan. Sebagai pemimpin politik tentu Cak Imin menyimpan obsesi mewujudkan dharma baktinya bagi masyarakat yang kelak patut dikenang.
Iklim politik Indonesia hingga kini masih "nyiyir" terhadap pemimpin politik seperti Soekarno atau Gus Dur yang berikhtiar keras mewujudkan dharmanya. Ikhtiar yang dilakukan Cak Imin hari ini pun tak sedikit mendapatkan cibiran yang berujung pada kebencian.
Baik Soekarno, Gus Dur maupun Cak Imin yang telah diwarisi ilmu "pasrah" dan "kaweruh" oleh kiai NU sehingga membentuk mental "baja" sungguh menginspirasi generasi muda penerus perjuangan bangsa ini ditengah godaan ideologi politik asing yang sebenarnya ingin mencerabut akar nilai nasionalisme kita.
Seperti halnya Soekarno dan Gus Dur, Cak Imin sejatinya telah menjadi ikan besar dalam kolam yang besar. Ia bebas berenang sesuai arah yang dikehendaki tanpa takut dihadang ikan yang lain. Inilah esensi gairah politik santri.
**
Penulis adalah peminat masalah sosial, politik dan keagamaan. Tinggal di Depok.