Dalam pidatonya yang berapi-api pada forum musyawarah BPUPKI dengan agenda pengesahan Pancasila, Soekarno menegaskan bahwa beliau berharap Islam tidak semata-mata bahasa bibir, lebih dari itu ia hadir sebagai jaran yang menghormati perbedaan satu sama lain.
Wawasan berpikir yang tidak kaku itu sebagai warisan ajaran para gurunya yang secara keilmuan bernasab pada kiai NU. Pemahaman Islamnya luwes, tidak tekstual dan tidak memaksakan kehendaknya sendiri sebagai agama mayoritas di Indonesia.
'Ala kulli hal, Soekarno merumuskan Pancasila dengan menggunakan pendekatan lima prinsip-prinsip Maqosidu Syar'i, antara lain: memelihara agama, memelihara akal, memelihara nyawa, memelihara harta dan memelihara keturunan. Lima prinsip inilah sari pati ajaran Islam.
Politik Santri
Tagline "Politik Rahmatan Lil'alamiin" yang Cak Imin cetuskan memberi warna dan karakter tersendiri bagi politik kebangsaan yang dilarapkan PKB hingga saat ini. Tagline itu boleh jadi sebagai kelanjutan dari jati diri Partai NU yang dahulu menjadi bagian dari sejarah bangsa ini.
Tagline ini sebagai kendali atas kiprah para kader PKB dalam mencari wasilah supaya masalah menjadi maslahat bagi masyarakat dengan kebangsaan sebagai arasnya. Perkara ini menjawab keraguan kader NU atas relasi PKB dengan NU itu sendiri, PKB adalah pelanjut politik NU.
Warisan perilaku politik kebangsaan yang dipraktekkan oleh ulama pendiri NU sejatinya menjadi spirit perjuangan generasi penerus NU dalam merawat dan melestarikannya. Sehingga nampak jelas karakter politiknya.
Pada konteks itu, Cak Imin meyakini bahwa berpartai di PKB sejatinya menjadi jalan dalam menebar manfaat seluas-luasnya bagi masyarakat, wabilkhusus konstituen PKB yang mayoritas warga NU.
Hal ini relevan dengan ungkapan Soekarno: "Kita bergerak karena kesengsaraan kita, kita bergerak karena ingin hidup yang lebih layak dan sempurna, kita bergerak tidak karena ideal saja, tapi karena ingin perbaikan nasib di segala bidang".
Bagi Soekarno maupun Cak Imin, karena sistem negara kita mengisyaratkan adanya partai politik, maka mewujudkan perubahan nasib diberbagai bidang jalannya melalui partai. Karenannya, baik partai yang didirikan Soekarno maupun PKB yang sedang digawangi Cak Imin sejatinya emban niat suci itu.
Wawasan politik Cak Imin memiliki karakter yang melekat dan kuat dalam hal amalkan politik keagamaan, lebih dari itu politik kebangsaan. Gagasan Soedurisme Cak Imin penulis kira sebagai penegasan bahwa beliau senantiasa mengambil suri tauladan dari tokoh-tokoh pendahulunya, Soekarno dan Gus Dur.